Thursday, February 24, 2011

U2 Concert

Having been in Africa for a few months now I have gotten the opportunity to become comfortable in this foreign land, mingle with the locals, participate in the rich and authentic culture, and explore the natural beauty.

The U2 concert in Johannesburg last weekend does not fall into any of these categories.

I should start by saying they put on one hell of a show and it was definitely the best rock concert I've seen.* Now let's digress....

Bono and company came fully prepared to give Africa a concert like they had never seen. The hype for the event was enormous with claims of the largest concert ever held in Africa, U2's largest audience ever, and rumors of special guests the caliber of Jay-Z, Black-eyed Peas, Green Day, and the Soweto Gospel Choir (huh?).**  


U2 has a long history of humanitarian work in Africa and so it was no surprise when video clips of Archbishop Desmond Tutu and inspirational messages from Nelson Mandela were integrated into the performance. Really, there couldn’t be a better setting to inspire and motivate “children of the revolution” than a concert in an African township, right?

I think this is the moment the irony set in. Here we were at a concert in an African township with, arguably, the most prominent celebrity philanthropist groups ever; eager to push their agenda of equality, human rights, and aiding the world’s struggles. Yet, dropped in the middle of the famous township of Soweto is the beautiful new 100,000 person Soccer City stadium (built for the World Cup) and, on this beautiful night, holding 97,000 white fans screaming at the top of their lungs to songs about struggle and freedom. Is it really a surprise when the cheapest ticket was north of $100?

The group attending the concert included the newest American addition to Joburg and high school friend, Omar Raman, an Afrikaans co-worker, his girlfriend, his sister, and sister’s Spanish boyfriend. It seemed backwards when I was the one giving directions to the train station and even more peculiar to find out it would be our ‘naitive’ tour guide’s first trip to Soweto after thirty years in Johannesburg (both Americans had already been twice).

Seriousness aside, we arrived excited! As the train rolled up to the massive earth toned stadium we joined the masses in what could have been a U2 concert anywhere (except for the insanely crowded rickety old public transit, unsanitary street vendors, lack of public toilets, and absence of security). We brought the energy and as much American cliches as we could. Omar bought individual liquor pouches off newly found friends on the train, we shotgunned beers in the Heineken garden, held up our phones, sent voice notes, and Omar even bought the official tour t-shirt.


Train ride to concert
Genius.
In front of Soccer City
Adding some American flare
Willem fitting in


U2 360 Tour Stage
U2 Concert

*whoa whoa whoa... BEST? The Rolling Stones in Charlottesville wins hands down. 
**Supposedly, U2 had done work with the Gospel Choir in a prior project.

Saturday, February 19, 2011

Merutinkan Shalat Sunnah Rawatib

Shalat sunnah rawatib adalah shalat sunnah yang mengiringi shalat lima waktu. Shalat sunnah rawatib yang dikerjakan sebelum shalat wajib disebut shalat sunnah qobliyah. Sedangkan sesudah shalat wajib disebut shalat sunnah ba’diyah.
Di antara tujuan disyari’atkannya shalat sunnah qobliyah adalah agar jiwa memiliki persiapan sebelum melaksanakan shalat wajib. Perlu dipersiapkan seperti ini karena sebelumnya jiwa telah disibukkan dengan berbagai urusan dunia. Agar jiwa tidak lalai dan siap, maka ada shalat sunnah qobliyah lebih dulu.
Sedangkan shalat sunnah ba’diyah dilaksanakan untuk menutup beberapa kekurangan dalam shalat wajib yang baru dilakukan. Karena pasti ada kekurangan di sana-sini ketika melakukannya.
Keutamaan Shalat Sunnah Rawatib
Pertama: Shalat adalah sebaik-baik amalan
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَاعْلَمُوا أَنَّ خَيْرَ أَعْمَالِكُمُ الصَّلاَةُ
Ketahuilah, sebaik-baik amalan bagi kalian adalah shalat.[1]
Kedua: Akan meninggikan derajat di surga karena banyaknya shalat tathowwu’ (shalat sunnah) yang dilakukan
Tsauban –bekas budak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam- pernah ditanyakan mengenai amalan yang dapat memasukkannya ke dalam surga atau amalan yang paling dicintai oleh Allah. Kemudian Tsauban mengatakan bahwa beliau pernah menanyakan hal tersebut pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lantas beliau menjawab,
عَلَيْكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ لِلَّهِ فَإِنَّكَ لاَ تَسْجُدُ لِلَّهِ سَجْدَةً إِلاَّ رَفَعَكَ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً وَحَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيئَةً
Hendaklah engkau memperbanyak sujud kepada Allah karena  tidaklah engkau bersujud pada Allah dengan sekali sujud melainkan Allah akan meninggikan satu derajatmu dan menghapuskan satu kesalahanmu.[2] Ini baru sekali sujud. Lantas bagaimanakah dengan banyak sujud atau banyak shalat yang dilakukan?!
Ketiga: Menutup kekurangan dalam shalat wajib
Seseorang dalam shalat lima waktunya seringkali mendapatkan kekurangan di sana-sini sebagaimana diisyaratkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إِنَّ الرَّجُلَ لَيَنْصَرِفُ وَمَا كُتِبَ لَهُ إِلاَّ عُشْرُ صَلاَتِهِ تُسْعُهَا ثُمُنُهَا سُبُعُهَا سُدُسُهَا خُمُسُهَا رُبُعُهَا ثُلُثُهَا نِصْفُهَا
Sesungguhnya seseorang ketika selesai dari shalatnya hanya tercatat baginya sepersepuluh, sepersembilan, seperdelapan, sepertujuh, seperenam, seperlima, seperempat, sepertiga, separuh dari shalatnya.”[3]
Untuk menutup kekurangan ini, disyari’atkanlah shalat sunnah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ النَّاسُ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمُ الصَّلاَةُ قَالَ يَقُولُ رَبُّنَا جَلَّ وَعَزَّ لِمَلاَئِكَتِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ انْظُرُوا فِى صَلاَةِ عَبْدِى أَتَمَّهَا أَمْ نَقَصَهَا فَإِنْ كَانَتْ تَامَّةً كُتِبَتْ لَهُ تَامَّةً وَإِنْ كَانَ انْتَقَصَ مِنْهَا شَيْئًا قَالَ انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِى مِنْ تَطَوُّعٍ فَإِنْ كَانَ لَهُ تَطَوُّعٌ قَالَ أَتِمُّوا لِعَبْدِى فَرِيضَتَهُ مِنْ تَطَوُّعِهِ ثُمَّ تُؤْخَذُ الأَعْمَالُ عَلَى ذَاكُمْ
Sesungguhnya amalan yang pertama kali akan diperhitungkan dari manusia pada hari kiamat dari amalan-amalan mereka adalah shalat. Kemudian Allah Ta’ala mengatakan pada malaikatnya dan Dia lebih Mengetahui segala sesuatu, “Lihatlah kalian pada shalat hamba-Ku, apakah sempurna ataukah memiliki kekurangan? Jika shalatnya sempurna, maka akan dicatat baginya pahala yang sempurna. Namun, jika shalatnya terdapat beberapa kekurangan, maka lihatlah kalian apakah hamba-Ku memiliki amalan shalat sunnah? Jika ia memiliki shalat sunnah, maka sempurnakanlah pahala bagi hamba-Ku dikarenakan shalat sunnah yang ia lakukan. Kemudian amalan-amalan lainnya hampir sama seperti itu.[4]
Keempat: Rutin mengerjakan shalat rawatib 12 raka’at dalam sehari akan dibangunkan rumah di surga.
Dari Ummu Habibah –istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam-, Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« مَنْ صَلَّى اثْنَتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِى يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِىَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِى الْجَنَّةِ
Barangsiapa mengerjakan shalat sunnah dalam sehari-semalam sebanyak 12 raka’at, maka karena sebab amalan tersebut, ia akan dibangun sebuah rumah di surga.
Coba kita lihat, bagaimana keadaan para periwayat hadits ini ketika mendengar hadits tersebut. Di antara periwayat hadits di atas adalah An Nu’man bin Salim, ‘Amr bin Aws, ‘Ambasah bin Abi Sufyan dan Ummu Habibah –istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam- yang mendengar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam secara langsung.
Ummu Habibah mengatakan, “Aku tidak pernah meninggalkan shalat sunnah dua belas raka’at dalam sehari sejak aku mendengar hadits tersebut langsung dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. ”
‘Ambasah mengatakan, “Aku tidak pernah meninggalkan shalat sunnah dua belas raka’at dalam sehari sejak aku mendengar hadits tersebut dari Ummu Habibah.”
‘Amr bin Aws mengatakan, “Aku tidak pernah meninggalkan shalat sunnah dua belas raka’at dalam sehari sejak aku mendengar hadits tersebut dari ‘Ambasah.”
An Nu’man bin Salim mengatakan, “Aku tidak pernah meninggalkan shalat sunnah dua belas raka’at dalam sehari sejak aku mendengar hadits tersebut dari ‘Amr bin Aws.”[5]
Yang dimaksudkan dengan shalat sunnah dua belas raka’at dalam sehari dijelaskan dalam riwayat At Tirmidzi, dari ‘Aisyah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ ثَابَرَ عَلَى ثِنْتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً مِنَ السُّنَّةِ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْفَجْرِ
Barangsiapa merutinkan shalat sunnah dua belas raka’at dalam sehari, maka Allah akan membangunkan bagi dia sebuah rumah di surga. Dua belas raka’at tersebut adalah empat raka’at sebelum  zhuhur, dua raka’at sesudah zhuhur, dua raka’at sesudah maghrib, dua raka’at sesudah ‘Isya, dan dua raka’at sebelum shubuh.[6]
Hadits di atas menunjukkan dianjurkannya merutinkan shalat sunnah rawatib sebanyak 12 raka’at setiap harinya.[7]
Dua belas raka’at rawatib yang dianjurkan untuk dijaga adalah: [1] empat raka’at[8] sebelum Zhuhur, [2] dua raka’at sesudah Zhuhur, [3] dua raka’at sesudah Maghrib, [4] dua raka’at sesudah ‘Isya’, [5] dua raka’at sebelum Shubuh.
Shalat Qobliyah Shubuh Jangan Sampai Ditinggalkan
Shalat sunnah qobliyah shubuh atau shalat sunnah fajr memiliki keutamaan sangat luar biasa. Di antaranya disebutkan dalam hadits ‘Aisyah,
رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
Dua raka’at sunnah fajar (qobliyah shubuh) lebih baik daripada dunia dan seisinya.[9]
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat bersemangat melakukan shalat ini, sampai-sampai ketika safar pun beliau terus merutinkannya.
‘Aisyah mengatakan,
لَمْ يَكُنِ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - عَلَى شَىْءٍ مِنَ النَّوَافِلِ أَشَدَّ مِنْهُ تَعَاهُدًا عَلَى رَكْعَتَىِ الْفَجْرِ
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah memiliki perhatian yang luar biasa untuk shalat sunnah selain shalat sunnah fajar.[10]
Ibnul Qayyim mengatakan, “Termasuk di antara petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika bersafar adalah mengqoshor shalat fardhu dan beliau tidak mengerjakan shalat sunnah rawatib qobliyah dan ba’diyah. Yang biasa beliau tetap lakukan adalah mengerjakan shalat sunnah witir dan shalat sunnah qabliyah shubuh. Beliau tidak pernah meninggalkan kedua shalat ini baik ketika bermukim dan ketika bersafar.”[11]
Tiga Model untuk Shalat Rawatib Zhuhur
Dalam melakukan shalat sunnah rawatib zhuhur ada tiga model yang bisa dilakukan.
Pertama: Empat raka’at sebelum Zhuhur dan dua raka’at sesudah Zhuhur sebagaimana telah dikemukakan dalam hadits ‘Aisyah di atas.
Kedua: Empat raka’at sebelum Zhuhur dan empat raka’at sesudah zhuhur. Hal ini sebagaimana terdapat dalam hadits Ummu Habibah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ حَافَظَ عَلَى أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَأَرْبَعٍ بَعْدَهَا حَرُمَ عَلَى النَّارِ
Barangsiapa merutinkan shalat sunnah empat raka’at sebelum Zhuhur dan empat raka’at sesudah Zhuhur, maka akan diharamkan baginya neraka.[12]
Ketiga: Dua raka’at sebelum Zhuhur dan dua raka’at sesudah Zhuhur. Dari Ibnu ‘Umar, beliau mengatakan,
فِظْتُ مِنَ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - عَشْرَ رَكَعَاتٍ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الظُّهْرِ ، وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا ، وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ فِى بَيْتِهِ ، وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ فِى بَيْتِهِ ، وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ صَلاَةِ الصُّبْحِ
“Aku menghafal dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sepuluh raka’at (sunnah rawatib), yaitu dua raka’at sebelum Zhuhur, dua raka’at sesudah Zhuhur, dua raka’at sesudah Maghrib, dua raka’at sesudah ‘Isya, dan dua raka’at sebelum Shubuh.”[13]
Ringkasan Jumlah Raka’at Shalat Rawatib
Shalat rawatib ada yang muakkad (ditekankan untuk dikerjakan) dan ghoiru muakkad (tidak begitu ditekankan untuk dikerjakan). Mengenai jumlah raka’at shalat sunnah rawatib tersebut, kami lampirkan pada tabel berikut.[14]
Shalat
Shalat Rawatib Muakkad
Shalat Rawatib Ghoiru Muakkad
Qobliyah
Ba’diyah
Shubuh
2 raka’at
-
-
Zhuhur
2 atau 4 raka’at
2 raka’at
2 raka’at ba’diyah
Ashar
-
-
4 raka’at qobliyah
Maghrib
-
2 raka’at
2 raka’at qobliyah
‘Isya
-
2 raka’at
2 raka’at qobliyah
Sumber: Shahih Fiqh Sunnah, Abu Malik, 1/381 (Hasil kesimpulan dari berbagai macam hadits yang  membicarakan mengenai shalat sunnah rawatib).
 Lebih Bagus Menjalankan Shalat Sunnah di Rumah
Di antara petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah menjalankan setiap shalat sunnah di rumah, kecuali jika memang ada hajat atau faktor lain yang mendorong untuk melakukannya di masjid.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَإِنَّ أَفْضَلَ الصَّلاَةِ صَلاَةُ الْمَرْءِ فِى بَيْتِهِ إِلاَّ الْمَكْتُوبَةَ
Sesungguhnya seutama-utama shalat adalah shalat seseorang di rumahnya selain shalat wajib.”[15]
Di  antara keutamaan lainnya mengerjakan shalat di rumah, apalagi ketika baru datang dari masjid atau akan pergi ke masjid terdapat dalam hadits Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إذا خرجت من منزلك فصل ركعتين يمنعانك من مخرج السوء وإذا دخلت إلى منزلك فصل ركعتين يمنعانك من مدخل السوء
Jika engkau keluar dari rumahmu, maka lakukanlah shalat dua raka’at yang dengan ini akan menghalangimu dari kejelekan yang ada di luar rumah. Jika engkau memasuki rumahmu, maka lakukanlah shalat dua raka’at yang akan menghalangimu dari kejelekan yang masuk ke dalam rumah.[16]
Kontinu dalam Amalan itu Lebih Baik
Dari ’Aisyah –radhiyallahu ’anha-, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.’Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya. [17]
An Nawawi rahimahullah mengatakan, ”Ketahuilah bahwa amalan yang sedikit namun konsekuen dilakukan, itu lebih baik dari amalan yang banyak namun cuma sesekali saja dilakukan. Ingatlah bahwa amalan sedikit yang rutin dilakukan akan melanggengkan amalan ketaatan, dzikir, pendekatan diri pada Allah, niat dan keikhlasan dalam beramal, juga akan membuat amalan tersebut diterima oleh Sang Kholiq Subhanahu wa Ta’ala. Amalan sedikit namun konsekuen dilakukan akan memberikan ganjaran yang besar dan berlipat dibandingkan dengan amalan yang sedikit namun sesekali saja dilakukan.”[18]
Ibnu Rajab Al Hambali menjelaskan, ”Amalan yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam adalah amalan yang konsekuen dilakukan (kontinu). Beliau pun melarang memutuskan amalan dan meninggalkannya begitu saja. Sebagaimana beliau pernah melarang melakukan hal ini pada sahabat ’Abdullah bin ’Umar.”[19]
Demikian sedikit penjelasan dari kami mengenai shalat sunnah rawatib. Semoga kita termasuk hamba Allah yang bisa merutinkannya. Hanya Allah yang memberi taufik.
Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.
Pangukan, Sleman, 17 Dzulhijah 1430 H
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
1] HR. Ibnu Majah no. 277, Ad Darimi no. 655 dan Ahmad (5/282), dari Tsauban. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.
[2] HR. Muslim no. 488.
[3] HR. Abu Daud no. 796 dan Ahmad (4/321), dari ‘Ammar bin Yasir. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan.
[4] HR. Abu Daud no. 864, dari Abu Hurairah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.
[5] HR. Muslim no. 728.
[6] HR. Tirmidz no. 414, dari ‘Aisyah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.
[7] Lihat Bughyatul Mutathowwi’fii Sholati At Tathowwu’.
[8] Dikerjakan dua raka’at salam dan dua raka’at salam.
[9] HR. Muslim no. 725.
[10] HR. Bukhari no. 1169.
[11] Zaadul Ma’ad, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, 1/456, Muassasah Ar Risalah, cetakan keempat, 1407 H. [Tahqiq: Syu’aib Al Arnauth, ‘Abdul Qadir Al Arnauth]
[12] HR.Abu Daud no. 1269, An Nasa-i no. 1816, dan At Tirmidzi no. 428. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.
[13] HR. Bukhari no. 1180.
[14] Shahih Fiqh Sunnah, 1/381.
[15] HR. Bukhari no. 731 dan Muslim no. 781.
[16] HR. Al Bazzar. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat As Silsilah Ash Shohihah no. 1323.
[17] HR. Muslim no. 783, Kitab shalat para musafir dan qasharnya, Bab Keutamaan amalan shalat malam yang kontinu dan amalan lainnya.
[18] Syarh Muslim, An Nawawi, 6/71, Dar Ihya’ At Turots, cetakan kedua, tahun 1392 H.
[19] Fathul Baari lii Ibni Rajab, 1/84, Asy Syamilah
http://rumaysho.com/hukum-islam/shalat/2813-merutinkan-shalat-sunnah-rawatib.html

Shalat-shalat Sunnah

Shalat sunnat ada yang dilakukan secara sendiri-sendiri (munfarid) diantaranya:
Sedangkan yang dapat dilakukan secara berjama'ah antara lain:

Thursday, February 10, 2011

Ghana - 2 Cedis 2010 Commemorative

Two Cedis, Dated 6.3.2010 PNL
Commemorating the Centenary Birth of Dr Kwame Nkrumah.
Reverse

Tuesday, February 8, 2011

1. Takbir

أَللهُ أَكْـــــــبَرُ
Allah Maha Besar
Maha Besar
أَكْـــــــبَرُ
Allah
أَللهُ

2. Do’a Iftitah

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ:ِكَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ إِذَا كَبَّرَ فِي الصَّلاَةِ سَكَتَ هُنَـــيَّةَ قَبْلَ اْلقِرَاءَةِ َفَقُلْتُ يَارَسُوْلَ اللهِ بِأَبِيْ أَنْتَ وَأُمِّيْ, أَرَأَيْتَ سُكُوْتَكَ بَيْنَ الْتَّكْبِيْرِ وَالْقِرَاءَةِ مَاتَقُوْلُ: قَالَ: أَقُوْلُ: أَللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِيْ وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ, أَللَهُمَّ نَقِّنِيْ مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّ الثَّوْبُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ, اَللَّهُمَّ اغْسِلْنِيْ مِنْ خَطَايَايَ بِِالْمَاءِ وَِالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ .رواه البخاري ومسلم
77. Dari Abu Hurairah RA, ia  berkata, “Sesungguhnya Rasulullah SAW apabila takbir ketika shalat, ia diam sejenak lalu membaca (Al-Fatihah). Ya Rasulullah demi ayahku, engkau dan ibuku, mengapa engkau diam antara takbir dan membaca, apa yang engkau baca ?” Nabi SAW menjawab, ”Aku membaca ALLAHUMMA BA’ID BAINI …,
( Ya Allah jauhkanlah antaraku dan antara dosa-dosaku sebagaimana Engkau telah jauhkan antara timur dan barat. Ya Allah sucikanlah aku dari dosa-dosaku sebagaimana dibersihkan kain putih dari kotoran. Ya Allah bersihkanlah aku dari dosa-dosaku dengan air, es dan dan embun)” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Jauhkanlah
بَاعِدْ
Ya Allah
اَللَّهُمَّ
dan antara
وَبَيْنَ
antaraku
بَيْنِيْ
sebagaimana
كَمَا
Dosa-dosaku
خَطَايَايَ
antara
بَيْنَ
telah engkau jauhkan
بَاعَدْتَ
dan barat
وَالْمَغْرِبِ
timur
الْْمَشْرِقِ
sucikanlah aku
نَقِّنِيْ
Ya Allah
اَللَّهُمَّ
Dosa-dosaku
خَطَايَايَ
dari
مِنْ
dibersihkan
 يُنَقَّ
sebagaimana
كَمَا
putih
اْلأَبْيَضُ
kain
الثَّوْبُ
kotoran
الدَّنَسِ
dari
مِنَ
Bersihkanlah aku
اغْسِلْنِيْ
Ya Allah
اَللَّهُمَّ
Dosa-dosaku
خَطَايَايَ
dari
مِنْ
Dan es
وَِالثَّلْجِ
Dengan air
بِِالْمَاءِ


Dan air
وَالْبَرَدِ

وَعَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ إِذَا اسْتَفْتَحَ الصَّلاَةَ قَالَ : سُبْحَانَكَ اللّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ ، وَتَبَرَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ.رواه ابوداود
78. Dan dari Aisyah RA, ia berkata, “Adalah Nabi SAW apabila membuka shalat, ia membaca, “SUBHANAKA ...” (Maha suci Engkau, Ya Allah, dan dengan nama-Mu aku memuji-Mu, Maha Suci nama-Mu dan Maha Tinggi kebesaran-Mu, tidak ada ilah kecuali Engkau”. (H.R. Abu Dawud)

Ya Allah
اللّهُمَّ
Maha suci engkau
سُبْحَانَكَ
Maha suci
َتَبَرَكَ
Dengan memujiMu
وَبِحَمْدِكَ
Dan Maha tinggi
وَتَعَالَى
namaMu
اسْمُكَ
Dan tiada ilah
وَلاَ إِلَهَ
kebesaranMu
جَدُّكَ


Kecuali Engkau
غَيْرُكَ
وَعَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ قَالَ : كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى الله عليه وسلم إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلاَةِ قَالَ :َجَهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ ، إِنَّ صَلاَتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ ، لاَ شَرِيْكَ لَهُ ، وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ : أَللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ ، أَنْتَ رَبِّيْ وَأَنَا عَبْدُكَ ، ظَلَمْتُ نَفْسِيْ وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ ذُنُوْبِيْ جَمِيْعًالاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ ، وَاهْدِنِيْ لِاَحْسَنِ اْلاَخْلاَقِ ، لاَ يَهْدِيْ لِاَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ ، وَاصْرِفْ عَـنِّيْ سَيِّئَهَا لاَ يَصْرِفُ عَنِّيْ سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْتَ ، لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِيْ يَدَيْكَ ، وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ ، وَأَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ (, رواه احمد ومسلم والترمذي وصححه
79. Dan dari Ali bin Abi Thalib, ia berkata,  “Bila Rasulullah SAW berdiri hendak melaksanakan shalat ia membaca, “WAJJAHTU............ (Aku hadapkan wajahku kepada Yang telah menciptakan langit dan bumi secara hanif (lurus) dan dengan penuh kepasrahan diri, dan aku sekali-kali bukan dari orang-orang musyrik. Sesungguhnya shalatku dan ibadahku, hidup dan matiku, hanya untuk Allah, Rabb seru sekalian alam. Tiada sekutu bagi-Nya. Demikian itulah yang diperintahkan kepadaku, dan aku termasuk orang-orang muslim. Ya Allah, Engkau adalah Raja (Penguasa), tiada ilah melainkan Engkau semata. Engkau adalah Rabbku sedang aku adalah hamba-Mu. Aku telah menzhalimi diriku sendiri dan aku mengakui dosa-dosaku. Oleh karena itu, ampunilah dosa-dosaku semua, sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa melainkan hanya Engkau. Tunjukkanlah aku jalan menuju akhlaq yang paling baik, tidak ada yang dapat menunjukkan kepada akhlaq yang lebih baik kecuali Engkau. Dan jauhkanlah akhlaq yang terburuk dariku, karena tidak ada yang dapat menghindarkan akhlaq buruk dariku kecuali hanya Engkau. Aku penuhi panggilan-Mu dan aku memohon pertolongan-Mu. Kebaikan seluruhnya hanya ada di tangan-Mu dan keburukan tidak disandarkan kepada-Mu.Aku bergantung kepada-Mu dan kembali kepada-Mu. Maha suci Engkau lagi Maha tinggi, aku mohon ampunan dan bertaubat kepada-Mu”. (H.R. Ahmad, Muslim dan TIrmidzi)

wajahku
وَجْهِيَ
Aku hadapkan
وَجَهْتُ
Telah menciptakan
فَطَرَ
Kepada yang
لِلَّذِيْ
Dan bumi
وَاْلاَرْضَ
langit
السَّمَوَاتِ
pasrah
مُسْلِمًا
Secara hanif/lurus
حَنِيْفًا
aku
أَنَا
Dan bukanlah
وَمَا
Orang-orang musyrik
الْمُشْرِكِيْنَ
dari
مِنَ
sholatku
صَلاَتِيْ
sesungguhnya
إِنَّ
Dan hidupku
وَمَحْيَايَ
Dan ibadahku
وَنُسُكِيْ
Untuk Allah
لِلَّهِ
Dan matiku
وَمَمَاتِيْ
Sekalian alam
الْعَالَمِيْنَ
rab
رَبِّ
baginya
لَهُ
Tidak ada sekutu
لاَ شَرِيْكَ
Yang telah diperintahkan kepadaku
أُمِرْتُ
Demikian itulah
وَبِذَلِكَ
dari
مِنَ
Dan aku
وَأَنَا
Ya Allah
أَللَّهُمَّ
Orang-orang muslim
الْمُسْلِمِيْنَ
Raja/penguasa
الْمَلِكُ
Engkau
أَنْتَ
kecuali
إِلاَّ
Tiada ilah
لاَ إِلَهَ
Engkau
أَنْتَ
Engkau
أَنْتَ
Dan aku
وَأَنَا
Rabku
رَبِّيْ
Aku telah menzhalimi
ظَلَمْتُ
hambaMu
عَبْدُكَ
Dan aku mengakui
وَاعْتَرَفْتُ
Diriku sendiri
نَفْسِيْ
Maka ampunilah aku
فَاغْفِرْ لِيْ
 dosa-dosaku
بِذَنْبِيْ
semuanya
جَمِيْعًا
dosa-dosaku
ذُنُوْبِيْ
Dosa-dosa
الذُّنُوْبَ
Tidak mengampuni
لاَ يَغْفِرُ
Engkau
أَنْتَ
kecuali
إِلاّ
Kepada yang lebih baik
لِاَحْسَنِ
Dan tunjukilah aku
وَاهْدِنِيْ
Tidak ada yang dapat menunjukan
لاَ يَهْدِيْ
akhlaq
اْلاَخْلاَقِ
kecuali
إِلاَّ
Kepada yang lebih baiknya
لِاَحْسَنِهَا
jauhkanlah
وَاصْرِفْ
Engkau
أَنْتَ
keburukannya
سَيِّئَهَا
dariku
عَـنِّيْ
dariku
عَنِّيْ
Tidak ada yang dapat menjauhkan
لاَ يَصْرِفُ
kecuali
إِلاَّ
keburukannya
سَيِّئَهَا
Aku penuhi panggilanMu
لَبَّيْكَ
Engkau
أَنْتَ
Dan kebaikan
وَالْخَيْرُ
Dan aku memohon pertolonganMU
وَسَعْدَيْكَ
di
فِيْ
seluruhnya
كُلُّهُ
Dan keburukan
وَالشَّرُّ
tanganMu
يَدَيْكَ
untukMu
ِإلَيْكَ
bukan
لَيْسَ
Dengan Engkau
بِكَ
Dan aku
وَأَنَا
Maha suci Engkau
بَارَكْتَ
Dan kepada Engkau
وَإِلَيْكَ
Aku memohon ampun kepada Mu
أَسْتَغْفِرُكَ
Dan maha tinggi
وَتَعَالَيْتَ
Kepada Mu
إِلَيْكَ
Dan aku memohon ampun
وَأَتُوْبُ