Sunday, November 2, 2008

Mario Teguh menebarkan bisnis Islami, membuktikan Islam adalah rahmat bagi semesta alam


"Masih banyak orang yang salah faham terhadap Islam. Ada satu pengalaman yang mengherankan sekaligus membuat saya prihatin. Dalam satu seminar di acara coffee break isteri saya didatangi salah seorang peserta penganut agama Kristen yang taat. Masih kepada isteri saya, orang itu memberi komentar bahwa saya menerapkan ajaran Injil dengan baik. Lalu dengan lembut, penuh kehati-hatian, isteri saya memberitahu bahwa saya seorang muslim. Sontak orang itu terperanjat saat mengetahui bahwa saya seorang muslim. Yang membuat isteri saya (dan kemudian juga saya) prihatin adalah ucapannya, "Loch, koq ada ya orang Islam yang baik macam Pak Mario !?" Saya pun terkekeh mendengarnya. Nah ini kritik dan sekaligus menjadi tugas kita semua untuk memperbaiki citra Islam, "begitu jawaban motivator yang lagi ngetop di Indonesia, Mario Teguh, menjawab pertanyaan reporter dari 'Cahaya Sufi'.

Ada lagi yang menarik dari reportase itu, ketika Mario Teguh ditanya, "Anda punya pengalaman keberislaman Anda yang inclusive itu?"
Motivator yang berawal tampil di stasiun teve O Channel lalu juga tampil di The Golden Ways Metro TV itu menjawab, "Iya. Pernah beberapa peserta saya mengklaim materi yang baru saja selesai saya sampaikan menurut sudut pandang keyakinan agama mereka. Seorang peserta yang beragama Kristiani mengatakan bahwa materi saya ada juga di ajarkan dalam Injil. Peserta lain yang beragama Islam mengaku bahwa materi yang saya sampaikan ada di Al-Quran surat al-Maidah. Peserta yang Budha menganggap bahwa materi saya itu penerapan dari Dharma-dharma Budha. Saya hanya mengembalikan semua apresiasi itu kepada-Nya."

Nabi Muhammad saw yang mengajarkan agama Islam adalah rahmat bagi semesta alam. Ajaran Islam yang bersumber dari wahyu Allah yang disampaikan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw, adalah diperuntukkan bagi semua manusia, semua umat manusia. Sebagaimana bunyi firman "tiada Tuhan selain Allah" dalam Al Quran surat Al Anbiya ayat 107; "Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Hai Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam."
Marilah mencitra-dirikan keIslaman kita sebagaimana maunya Allah swt! Ukurannya adalah apa yang kita lakukan haruslah dalam rangka meraih rida Allah, Tuhan kita Yang Maha Tunggal, Esa tanpa sekutu.

Selengkapnya bacalah di bawah ini atau di www.sufinews.com.

Saya Tak Mau Repot dengan Label Formal Ketuhanan
Mario Teguh, 50 thn - Konsultan & Motivator

Stephen R. Covey dalam The Seven Habits of Highly Effective People melihat ada kontras yang tajam hampir di semua literatur motivasi dalam 150 tahun belakangan ini, yang berfokus pada apa yang disebut Etika Karakater (Characer Ethic) dan Etika Kepribadian (Personality Ethic). Etika Karakater (Character Ethic) sebagai dasar keberhasilan (seperti integritas, kerendahan hati, kesetiaan, pembatasan diri, keberanian, keadilan, kesabaran, rajin, kesederhanaan dan kesantunan), dan mengajarkan bahwa orang hanya dapat mengalami keberhasilan yang sejati, kebahagiaan yang abadi jika mereka belajar dan mengintegrasikan prinsip-prinsip ini ke dalam karakter dasar manusia dianggap sebagai bagian dari pendekatan kepribadian yang manipulatif.

Dalam padangan R. Covey, Etika Karakter macam ini hanya mendorong orang untuk membuat orang lain menyukai mereka, atau berpura-pura tertarik terhadap hobi orang lain untuk mendapat apa yang diinginkan dari orang tersebut, atau untuk menggunakan "penampilan kekuasaan". Etika Karakter sekedar lips service saja; penggerak dasarnya adalah teknik mempengaruhi dengan cepat, strategi kekuasaan, keteramplian berkomunikasi, kepandaian beretorika dan sikap positif.

Sedang Etika Kepribadian (Personality Ethic) pada dasarnya menenempuh dua pendekatan: satu adalah teknik hubungan manusia dan masyarakat, dan yang satu lagi adalah sikap mental positif (SMP). Sebagian dari filosofi ini diekspresikan di dalam pepatah yang mendatangkan ilham seperti, "Sikap anda menentukan ketinggian posisi anda," "Senyum menghasilkan banyak teman dari pada kerutan pada dahi," dan "Apapun yang dapat dipahami dan diyakini oleh benak manusia itu pasti dapat tercapai."

Lalu apa sebenarnya motivasi dan kegunaannya bagi kehidupan manusia? Benarkah kehadiran Motivator ditengah masyarakat disamping memberi semangat, ia juga menstimulus kecerdasan? Lantas, kecerdasan macam apa yang didorong motivator dari para klien ? Adakah Tuhan dan agama di Dunia Motivasi ? Dimana sesungguhnya titik temu antara Dunia Motivasi dengan Dunia Sufi ?Apa arti kesuksesan sejati ? Banyak hal dan hikmah yang akan kita temukan dibalik jawaban-jawaban yang dipaparkan oleh Super Talk, Mario Teguh, motivator yang tulisan-tulisannya dapat kita baca di surat kabar harian Media Indonesia setiap Selasa dan Kamis. Motivasi-motivasinya yang renyah juga dapat kita nikmati setiap Rabu di Radio Delta Fm 99,1 dan Jum'at di Radio Pro2 Fm 105 jam 7 - 8 pagi. Berikut wawancara Cahaya Sufi bersama Mario Teguh:

Mengingat laku sebagian saudara sebangsa saat ini, kita terpaksa mengingat kembali tesis Francis Fukuyama tentang The Law Trush Society. Begitu rendah kepercayaan kita satu sama lainnya dan kemarahan, benar-benar telah didudukkan sebagai ujung tombak komunikasi kita. Karena itu kepatuhan terhadap peraturan menjadi begitu rendah. Dan ujung dari semua ini ialah karena satu sama lain dari kita telah saling tidak percaya. Apakah bangsa ini telah patah arang dan kehilangan motivasi?
Banyak orang yang salah mengartikan motivasi. Motivasi oleh sebagian orang hanya dipahami sebagai sebuah tranfusi semangat dari satu atau dua orang kepada orang lainnya. Tapi sebetulnya pengertian motivasi lebih dari sekedar itu. Motivasi itu harus ada dibangun pada diri sendiri dan menjadi kemampuan yang memperbesar dirinya sendiri seiring dengan berjalannya waktu. Sebagai motivator, tugas kita hanya memberikan formula-formula yang bisa di internalisasi oleh klien untuk menjadi satu mekanisme penyemangatan diri mereka sendiri. Nah kalau formula-formula itu sudah menginternalisasi dan menjadi mekanisme penyemangatan sendiri, mereka tidak lagi terlalu bergantung pada suasana-suasana bersemangat yang biasanya malah kadang-kadang agak palsu.

Formula yang anda tawarkan seperti Emotional Question (EQ) nya Daniel Goldman, begitu?
Kira-kira begitulah. Tapi saya mengistilahkannya dengan Emotional Intelegents atau Kecerdasan Emosi.

Jabarannya seperti apa?
Banyak cara yang ditawarkan orang dalam melatih responcibility seorang klien. Ada orang yang dilatih untuk berespon agresif terhadap stimuli. Ada juga yang berlatih merespon dengan cara melarikan diri. Ada pula yang menggunakan pendekatan bersembunyi atau mencari pembenaran diri pada apapun. Pada pendekatan yang terakhir ini apapun dibenarkan sebagai dukungan terhadap kebenaran diri karena mendapat serangan dari lingkungan. Nah paradigma ini yang biasanya dibangun dalam budaya. Sehingga muncul budaya kalau tidak setuju diam saja, nanti kalau sudah keterlaluan baru kita bereaksi. Nah ini mengakibatkan sekelompok orang untuk diam selama tidak setuju dan kalau sudah tidak tahan baru bereaksi dengan reaksi yang lebih agresif dan anarkis.

Kecerdasan emosi itu bukan semata kemampuan seseorang mengendalikan emosi pada tempat dan waktu tertentu. Dalam Kecerdasan Emosi seseorang dibekali semacam peta baku yang menjadi "rujukan" untuk respons terhadap spekuli, atau respons terhadap hubungan. Seorang anak yang sudah memiliki Peta Kecerdasan Emosi tidak akan berespons negatif ketika dihina sebab dalam dirinya sudah ada peta bahwa hanya orang yang rendah saja yang marah ketika direndahkan orang lain. Seseorang yang sudah memiliki Peta Kecerdasan Emosi tidak akan berespons negatif ketika dikatakan bodoh oleh pihak lainnya sebab dalam Peta Emosi yang dimilikinya ada petunjuk bahwa hanya orang bodoh saja yang mengatakan orang lain bodoh. Kalau secara kolektif bangsa ini di isi oleh individu-individu yang bereaksi positif terhadap apapun yang terjadi dilingkungan kita, yakinlah kehidupan berbegara dan berbangsa ini akan lebih damai dan syahdu.

Jadi, penyemangatan yang kita bicarakan adalah penyemangatan yang memiliki muara pada pengertian-pengertian baik dan positif, bukan dari acara hingar bingar seperti musik keras atau teriak-teriak atau loncat-loncat atau melalui obat atau minuman yang membantu artificial kita untuk merasa kelihatannya seperti bersemangat. Penyemangatan yang demikian ini sesaat saja sifatnya.

Di Jepang ada sebuah toko barang antik yang disediakan untuk para eksekutif yang tengah dilanda amarah. Disitu, orang boleh memecah berbagai jenis keramik yang ada dengan harapan setelah itu orang akan merasa lega karena amarahnya telah ditumpahkan pada barang-barang yang dipecahnya. Anda menghindari pendekatan macam ini?
Ya. Seperti yang saya katakan barusan, pendekatan macam itu temporal saja sifatnya. Dan ini bukan pemecahan. Marah hanya bisa diobati dengan memaafkan. Menahan amarah tanpa memaafkan hanya akan menambah penyakit saja.

Tapi dalam konsep tasawuf, memaafkan itu harus dilatih terus menerus seiring dengan tumbuhnya "kedewasaan ruhaniah" seseorang. Masih dalam konteks tasawuf, memaafkan itu hasil perjuangan dari pengendalian kekuatan ghadhab (amarah) yang berada diantara dua tekanan; pengecut dan pemberang. Bagaimana menurut Anda?
Nah disinilah letak perbedaan antara Ilmu Kejiwaan Barat dengan Ilmu Kejiwaan dalam agama. Ilmu Kejiwaan Barat tidak menyertakan komponen keyakinan yang murni sebagai mekanisme manusia sebagai sebuah sistem, sedang Ilmu Kejiwaan dalam agama menyertakan proses bahwa manusia itu bagian dari sebuah keberadaan yang lebih besar, yakni Tuhan. Dan apa yang Anda sampaikan itu adalah bagian dari Ilmu Kejiwaan dalam agama.

Apa yang Anda katakan itu memang sudah seharusnya demikian bagi orang yang sudah mengakui keberadaan Tuhan. Karena kalau kita sudah menerima Tuhan, semua waktu, tempat, keadaan dan kesempatan dipersembahkan hanya untuk Tuhan. Alasan kita tersenyum di pagi hari kepada isteri dan anak-anak, menyambut mereka dengan santun, berusaha datang tepat waktu untuk memenuhi janji, itu semua bukan semata-mata karena didasari atas kesantunan kita sebagai manusia, melainkan kita ingin mengabdi kepada-Nya.
Kembali pada "memaafkan" yang Anda katakan, dia sebenarnya akibat dan bukan sifat. Memaafkan adalah sebuah peralihan dari pusat ego kepada altruisme. Orang-orang altruis dalam al-Quran disebut sebagai orang-orang yang berbuat baik (al-muhsinun; red). Semakin jelas disini bahwa memaafkan tak bisa direkayasa secara artificial dengan upacara pemutihan seperti acara halal bi halal misalnya. Serupa dengan memaafkan, kesabaran pun demikian. Ia bukan sifat tapi akibat. Ya, akibat dari karena ia mengerti resiko, mengerti reaksi yang tidak proporsional. Orang yang penyabar dan pemaaf itu sebenarnya cermin dari pengertian luas yang ia miliki. Karenanya kalau ada orang dilahirkan enggak bisa marah, itu bukan kesabaran tapi ketidaknormalan.


Saat memberikan terapi atau memotivasi, diantara Ilmu Kejiwaan Barat dan Ilmu Kejiwaan dalam agama, mana yang anda gunakan?
Kalau Anda perhatikan penjelasan saya diatas, sebenarnya "peta" yang ada dalam Kecerdasan Emosional yang saya tawarkan merupakan gugusan pilar dari kebenaran, keindahan dan kebaikan. Hal ini didasari oleh fitrah kehidupan bahwa manusia dalam hidup itu tak lepas dari menginginkan kebaikan, menyukai keindahan dan mencari kebenaran. Tapi dalam realitas kehidupan, tiga hal ini lebih sering dirasakan oleh manusia sebagai tiga hal yang berdiri sendiri-sendiri. Misalnya kebenaran yang dicari ternyata malah membawa kepedihan, keindahan yang disukainya ternyata tidak membawa kebaikan, atau kebaikan yang diusahakan malah bertentangan dengan kebenaran. Pada saat yang demikian manusia tidak dapat menikmati keadaan itu secara sempurna lalu mengidap split personality atau kepribadian yang terpecah belah. Nah kira-kira melalui apa manusia dapat menemukan dan merasakan kebenaran, keindahan dan kebaikan sejati (haqiqi; red)? Dalam beragama bukan?!

Wah penjelasan Anda nyufi banget loh ?!
Ha…ha…ha…terimakasih, Mas. Tapi terus terang. Dalam menjalankan tugas (baik sebagai pembicara publik maupun motivator) saya menghindari komponen-komponen komunikasi yang terlalu mengindikasikan agama Islam secara formal atau verbal.

Kenapa ?
Buat saya, ketika kita betul-betul dengan sadar sesadarnya mengatakan "ya !" terhadap keberadaan dan keesaan Allah (laa ilaaha illallaah; red) kita tak perlu repot-repot lagi memikirkan lebel-lebel formal ketuhanan. Pokoknya terus berlaku jujur, menjaga kerahasiaan klien, menganjurkan yang baik, menghindarkan perilaku, sikap dan pikiran buruk, saya rasa ini semua pilihan orang-orang beriman. Itu alasan pertama.

Alasan kedua, Islam itu agama rahmat untuk semesta alam loch. Berislam itu mbok yang keren abis gitu loch ! Maksudnya jadi orang Islam mbok yang betul-betul memayungi (pemeluk) agama-agama lain. Agama kita itu sebagai agama terakhir dan penyempurna bagi agama-agama sebelumnya. Agama kita puncak kesempurnaan agama loch. Dan karenanya kita harus tampil sebagai pembawa berita bagi semua. Kita tidak perlu mengunggul-unggulkan agama kita yang memang sudah unggul dihadapan saudara-saudara kita yang tidak seagama dengan kita. Bagaimana Islam bisa dinilai baik kalau kita selaku muslim lalu merendahkan agama (dan pemeluk) agama lain.


Apakah dalam pandangan Anda semua agama itu sama ?
Ha…ha…ha…ya jelas tidak sama toch, Mas. Tapi oleh Tuhan manusia diberi kebebasan memilih diantara ketidak samaan itu. Saya tidak akan mengatakan bahwa perbedaan itu rahmat, tapi saya akan menunjukkan Windows Operating System yang dikeluarkan Microsof. Masih ada toch Mas orang yang masih menggunakan Windows 95? Masih ada juga kan orang yang menggunakan Windows 98 atau Windows 2000? Dan Anda sendiri sekarang menggunakan Windows XP kan?. Begitu juga dengan agama-agama Tuhan, Mas. Ada versi-versi yang sesuai untuk zamannya, untuk kelengkapan fikiran di zaman itu dan disana ada jenis kemampuan masing-masing orang dalam menyikapinya. Masak Anda mau memaksa orang lain untuk memakai XP pada orang yang kemampuannya cuma sebatas memiliki Windows 95? Tidak toch!? Alangkah indahnya kalau semua orang Islam ketika bicara dapat diterima semua pemeluk agama lain.

Contohnya seperti apa pembicaraan yang dapat diterima semua pemeluk agama ?
"Anda adalah direktur utama dari perusahaan jasa milik Anda sendiri. Anda adalah CEO dari kehidupan Anda sendiri. Anda sebenarnya, sepenuhnya bertanggungjawab atas bisnis kehidupan Anda dan apapun yang akan terjadi pada diri Anda sendiri. Anda bertanggungjawab atas semuanya antara lain, produksi, pemasaran, keuangan, RND dan lain sebagainya diperusahaan kehidupan Anda. Demikian pula Anda sendirilah yang menentukan berapa besar gaji Anda, berapa income Anda. Bila Anda tidak puas dengan penghasilan yang Anda terima, Anda bisa melihat didekat cermin Anda dan menegosiasikan pada bos Anda, yakni Anda sendiri yang ada didalam cermin," begitu kira-kira. Nah, menurut saya etos demikian tak dapat dibantah oleh semua ajaran agama-agama yang ada didunia.

Apa yang anda contohkan bukan malah menujukkan bahwa manusia adalah segala-segalanya. Terkesan, seolah-olah Tuhan tak memiliki peran apa-apa disana ?
Diatas saya mengatakan bahwa alasan kita tersenyum di pagi hari kepada isteri dan anak-anak, menyambut mereka dengan santun, berusaha datang tepat waktu untuk memenuhi janji, itu semua bukan semata-mata karena didasari atas kesantunan kita sebagai manusia, melainkan kita ingin mengabdi kepada-Nya. Begitu juga dengan contoh barusan, itu sebenarnya merupakan cermin atas pesan agama yang meminta totalitas kita dalam menjalankan sebuah amanah. Apalagi jika kita bicara tentang "cermin", akan sangat panjang pembicaraan kita. Dan setiap spirit tidak selalu harus ada embel-embel nama surat atau ayat dari kitab suci tertentu. Bukankah seorang jenderal paling ateis pun ketika melepaskan pasukannya ke medan perang tak dapat menghindarkan diri dari ucapan, "Semoga kalian sukses!". Kalimat "Semoga" disitu menyimpan harapan campur tangan kekuatan dari Yang Maha Kuat. Biarlah Tuhan menjadi sesuatu yang tersembunyi dikedalaman relung hati kita yang paling dalam.

Anda ingin mengatakan bahwa dibalik cermin tersebut ada impian masa depan dan perencanaan strategis, begitu ?
Ya, tepat sekali. Salah satu pengamatan penting yang dapat ditemukan pada suatu perusahaan atau individu adalah perusahaan yang dapat mengetahui nilai utamanya dan dapat membuat perencanaan ke depan serta mengetahui apa yang harus dikerjakan dalam mencapai misi dan visi perusahaan.

Demikian pula dengan "perusahaan" Anda. Anda harus memiliki "impian" masa mendatang serta membuat perencanaan strategis yang harus dijalankan sesuai dengan proses yang direncanakan, sehingga Anda bisa mengerjakan apa yang harus Anda kerjakan dan bukan yang Anda senang kerjakan.


Lantas…?
Dengan melakukan perancanaan dan fokus pada proses serta melakukan perbaikan-perbaikan secara berkesinambungan maka Anda akan dapat memperbaiki secara drastis kinerja yang akan dicapai. Tulislah seluruh nilai-nilai yang Anda impikan, buat daftar nilai-nilai tersebut, implementasikan sistem pareto pada list tersebut sehingga dapat ditemukan inti dari keinginan-keinginan Anda serta kemudian dedikasikan diri Anda sepenuhnya pada nilai-nilai kunci yang telah Anda pilih sendiri.

Sekali Anda telah memutuskan nilai-nilai kunci tersebut maka untuk selanjutnya Anda harus secara konsekwen menjalankannya dalam kehidupan Anda serta memakai nilai-nilai tersebut sebagai kompas dalam tindakan-tindakan Anda selanjutnya. Nilai-nilai tersebut dapat Anda pakai sebagai pondasi didalam Anda memutuskan apa yang akan Anda lakukan setiap harinya. Bila terjadi suatu kebingungan atas beberapa pilihan, Anda harus kembali pada nilai-nilai tersebut didalam memutuskannya. Nah disinilah pentingnya kita memiliki Peta Kecerdasan Emosi dan jangan paksa saya untuk menyebutkan surat apa dan ayat berapa termuat didalam kitab suci. Ha…ha…ha…


Jadi, menurut anda apa asset paling utama untuk perusahaan dan indvidu ?
Asset yang paling utama bagi suatu perusahaan dan individu adalah reputasi. Pemasaran adalah persaingan antar persepsi yang ada dibenak pelanggan dan bukan persaingan antara produk yang sebenarnya. Jadi, reputasi dan persepsi suatu perusahaan atau individu adalah sesuatu yang amat penting dalam mencapai kesuksesan.

Jika ditemukan kegagalan, dimana letak masalahnya?
Saya melihat hanya sales people yang gagal, yang disebabkan karena mereka banyak menghabiskan waktu untuk melakukan sesuatu yang kurang memberikan nilai-nilai kunci pada perusahaan kehidupan mereka. Sebaliknya, bagi para sales people yang sukses, umumnya mereka fokus pada aktifitas yang banyak memberikan nilai-nilai tambah dalam perusahaan kehidupannya.

Termasuk memberi nilai tambah estetika untuk perusahaan yang bernama Republik Indonesia karena kemerosotan perilaku bangsanya yang terjadi disana-sini?
Ha…ha…ha…Dalam sekali anda! Tapi memang benar, pengalaman estetika itu memang menjadi soal yang mendesak bagi masyarakat kita akhir belakangan ini. Sehingga mata pendidikan estetika pun menjadi pendidikan yang layak diakselarasi. Estetika bukan sebatas menyangkut kesenian semata, ini adalah peristiwa kebudayaan. Estetika itu awalnya adalah ketakjuban manusia dihadapan alam. Lalu alam itu mengajarkan bermacam-macam persoalan agar manusia meniru dan menduplikasinya. Sejak itulah lahir peristiwa kesenian. Didalam kesenian jiwa manusia diperkenalkan kepada nilai-nilai yang lebih luhur. Dari keluhuran seni, manusia tergerak untuk mencari pengalaman yang lebih tinggi dan bertemulah dengan pengalaman reliji. Dari seni pindahlah mereka kepada agama. Dari sekedar pengalaman estetik maka menginjaklah manusia kedalam pengalaman relejius.

Sama seperti para ahli tasawuf saat membahas cahaya dari proses manusia bahwa hidup adalah sebuah tamsil agung tentang perjalanan seorang manusia menembus lorong dirinya sendiri, tanpa kawan, tanpa bekal, tanpa lentera…..?
Ha…ha…ha…. Anda lebih paham soal itu. Kembali kepada pendidikan estetika tadi, itulah pendidikan yang hasilnya akan kita nikmati dalam bentuk nilai kepatuhan publik kepada hukum, tertib sosial, sikap mental masyarakat yang hidup dan menjunjung tinggi kedaulatan umum. Dan bangsa ini akan menjadi bangsa yang peka terhadap alam dan kemanusiaan.

Sekaligus menjadi bangsa yang tampil lebih kuat dihadapan hasutan budaya pop dan tidak mudah memuja sesuatu yang sejatinya biasa-biasa saja cuma karena ia di populerkan oleh media massa ?
Ya. Hasil pendidikan itu membuat bangsa ini mudah mengenali sesuatu yang sejatinya indah dan gerah ketika melihat limbah.

Dengan cara apakah pendidikan estetika ini harus dijalankan ?
Oleh karena estetika itu lebih luas dari hanya mengenali lukisan cantik, tidak mudah memang untuk menyingkapnya. Tapi jika mau sederhana mulailah dari diri kita dan masing-masing komponen bangsa untuk kemudian para pemimpin yang besar visi estetik nya dan kesuksesan pun siap untuk dijelang.

Apa arti sukses menurut anda ?
Perjalanan 50 tahun hidup yang sudah saya jalani menyimpulkan bahwa sukses itu tidak selalu berarti mendapat piala atau pujian, meski tak ada salahnya jika kita mendapatkan keduanya. Hanya saja itu semua bukan kriteria dari sukses itu sendiri. Karenanya tak jarang orang kemudian sulit menemukan kesuksesan-kesuksesan yang pernah diraihnya.

Secara sederhana sukses adalah bagaimana kita keluar dari comfort zone kita dan mencoba menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dengan definisi ini Anda akan melihat begitu banyak kesuksesan yang bisa Anda lihat pada diri Anda. Kalau kemarin Anda baru bisa membantu satu orang, hari ini Anda bisa membantu dua dan besok Anda bisa membantu lebih banyak lagi, maka anda sukses. Dengan perasaan yang positif mengenai kesuksesan yang pernah Anda raih, maka Anda akan merasa semakin sukses dan semakin percaya diri dengan cita-cita, visi dan misi hidup Anda.

Saya sangat tidak setuju dengan ungkapan, "Biarlah kita sekarang susah, asal nanti kita sukses". Ini jelas enggak pernah bakal sukses. Saya bertanya, dimana anak tangganya? Bukankah untuk meraih kesuksesan besar harus diawali dengan kesuksesan kecil dan sedang?. Ada pepatah yang mengatakan, "Sukses akan melahirkan sukses yang lain." Nah dari pepatah ini dapat diambil pelajaran, apabila kita semakin mudah untuk melihat kesuksesan kita dari hal-hal yang kecil, maka mudah bagi kita untuk mengumpulkan, mengakumulasikan dan melangkah mencapai sukses yang lebih besar. Percaya dech, dengan sukses kecil-kecil itu, cepat atau lambat sukses yang lebih besar akan menjemput Anda.


Tapi sayang, umumnya, masyarakat kita menilai sukses seseorang dari ukuran-ukuran materi seperti merek mobil yang digunakan, mewahnya rumah yang dimiliki dan lain sebagainya. Bagaimana komentar Anda ?
Ini jelas penilaian yang harus diluruskan sebab akan ada akibatnya; jika tidak kaya atau bergelimang harta maka seseorang tidak dikatakan sukses. Sehingga pada akhirnya berlomba-lomba setiap orang untuk mencari kekayaan yang lepas dari cara yang halal atau yang haram karena ia takut kalau dikatakan tidak sukses. Jika kekayaan itu sudah diraihnya, pasti ia mudah terlena dengan kekayaan itu. Dengan angkuh, ia mengklaim bahwa kekayaan yang ada padanya itu hasil jerih payahnya sendiri. Ia lupa bahwa kekayaan sesungguhnya bukanlah sebab melainkan akibat dari sukses yang diraihnya. Hemat saya, orang yang angkuh dengan apa yang dicapainya sebenarnya dia tidak berencana untuk mencapai kesuksesan-kesuksesan yang lain.

Tandanya apa sich seseorang yang terjebak pada keangkuhan atau kesombongan?
Konon tidak seorang pun bisa masuk sorga kalau hatinya tinggi, arogansinya besar dan harga dirinya bengkak. Orang-orang arogan tidak bisa masuk sorga. Kira-kira begitulah secara spiritual. Tetapi didunia pekerjaan pun orang-orang yang kemudian masuk dalam jebakan kesombongan dan arogansi ditandai dengan perasaan luar biasa hebat, perasaan paling top, perasaan paling hebat, bahkan lupa sebenarnya dia sudah merasa lebih besar dari pada sejatinya. Perusahaan-perusahaan dan orang-orang demikian biasanya mulai mengalami proses penjatuhan atau proses penurunan.

Jadi, sombong itu awal dari kejatuhan individual maupun kejatuhan perusahaan?
Ya, awal dari kejatuhan individual atau kejatuhan perusahaan adalah ketika mereka lupa diri, arogansi dan sombong. Itulah yang bisa diungkapkan dari sejarah bisnis. Pada banyak produk-produk yang dulu terkenal, pemimpin besar, market leader, tapi kemudian sekarang hilang dari peredaran. Kenapa? Jawabanya adalah ketika mereka terjebak dalam kesombongan yang membuatnya rasa puas diri.

Dengan kata lain, sebaliknya, jika kita ingin maju kita harus rendah hati ?
Iya.

Rendah hati yang anda maksud ?
Ya, dia sejenis perasaan dimana kita bukan yang paling top, meski barangkali kita sudah duduk di tempat yang top.

Maksudnya ?
Bisa saja seorang duduk dikursi Presiden misalnya, Gubernur misalnya, pokoknya sudah paling top. Lalu dia tetap menunjukkan kerendahan hati, itu rendah hati namanya. Sebaliknya, jika seseorang duduk pada tempat yang tinggi, seperti pada jabatan-jabatan itu, namun ia arogan, maka orang tersebut berubah menjadi tirani, berubah menjadi dictator, bahkan fasis.

Seseorang yang duduk dikedudukan tinggi tetapi rendah hati maka dia berubah menjadi pelayan, orang tersebut menyenangkan kita. Jadi sekali lagi, seorang yang rendah hati tidak merasa sudah paling tinggi meskipun barangkali dia sudah ditempat paling tinggi. Dengan kata lain, kerendahan hati adalah tidak menuntut apa yang tidak patut bagi kita sesuai dengan kedudukan kita. Mendahulukan orang lain dengan menolak mendahulukan apa yang patut bagi kita sesuai dengan kedudukan kita, itu kerendahan hati. Kerendahan hati adalah sebuah syarat dimana kita bisa belajar lebih lanjut. Ketinggian hati adalah sebuah kondisi dimana kita tidak belajar lagi karena sudah merasa paling top, paling pinter, paling luar biasa.


Penjelasan Anda mengingatkan saya akan nasehat Sufi Besar, Imam Ibnu 'Atha'illah, yang mengatakan, "Tanamkanlah ujudmu dalam bumi yang sunyi sepi, karena sesuatu yang tumbuh dari benda yang belum ditanam, tidak sempurna hasilnya." Pertanyaannya, bagaimana memupuk rasa rendah hati dalam diri kita ?
O, ya ? Beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk memupuk kerendahan hati diantaranya adalah dengan menyadari kembali bahwa seluruh yang kita punyai adalah anugerah-Nya, berkah-Nya atau rahmat-Nya. Karenanya katakan pada diri sendiri, "Aku masih ingin belajar", "Aku masih ingin mendapatkan input dari sekelilingku", "Aku masih ingin mendapatkan pengetahuan-pengetahuan dari mana saja agar dapat lebih baik".

"Aku masih ingin belajar", "Aku masih ingin mendapatkan input dari sekelilingku", "Aku masih ingin mendapatkan pengetahuan-pengetahuan dari mana saja agar dapat lebih baik". Jika ditilik dari kehidupan kita, umat Islam, nampaknya metode memupuk kerendahan hati yang Anda sampaikan masih menjadi problem besar tersendiri ya ?
Persis seperti yang saya perhatikan selama ini. Saudara-saudara kita sesama muslim masih terlalu asyik dengan dunianya sendiri dan bergaul hanya pada lingkungannya sendiri. Malah yang lebih memprihatikan, dengan sesama muslim kalau ngundang pembicara dia tanya dulu, "Orang itu madzhabnya apa ?." Dia tidak akan menerima orang yang tidak satu madzhab, satu aliran, dengannya. Padahal dinegara-negara maju sudah menjadi pemandangan yang biasa orang-orang Yahudi mengundang pembicara Islam, Hindu atau Kristiani, atau sebaliknya.
Mereka sudah mantap dengan iman mereka sehingga mereka tidak khawatir dengan pembicara yang datang dari luar komunitas mereka. Mereka sangat yakin, bahwa dengan cara demikian (menghadirkan pembicara "orang luar"), mereka dapat memperkaya wacana dan kehangatan batin. Kita, atau persisnya sebagian umat Islam, lupa bahwa salah satu cara mensyukuri perbedaan ditunjukkan bukan pada lisan akan tetapi dengan mendengarkan pendapat orang lain yang beda keyakinan agamanya.


Anda punya pengalaman keberislaman Anda yang inclusive itu?
Iya. Pernah beberapa peserta saya mengklaim materi yang baru saja selesai saya sampaikan menurut sudut pandang keyakinan agama mereka. Seorang peserta yang beragama Kristiani mengatakan bahwa materi saya ada juga di ajarkan dalam Injil. Peserta lain yang beragama Islam mengaku bahwa materi yang saya sampaikan ada di Al-Quran surat al-Maidah. Peserta yang Budha menganggap bahwa materi saya itu penerapan dari Dharma-dharma Budha. Saya hanya mengembalikan semua apresiasi itu kepada-Nya.

Pengalaman lain ?
Masih banyak orang yang salah faham terhadap Islam. Ada satu pengalaman yang mengherankan sekaligus membuat saya prihatin. Dalam satu seminar di acara coffee break isteri saya didatangi salah seorang peserta penganut agama Kristen yang taat. Masih kepada isteri saya, orang itu memberi komentar bahwa saya menerapkan ajaran Injil dengan baik. Lalu dengan lembut, penuh kehati-hatian, isteri saya memberitahu bahwa saya seorang muslim. Sontak orang itu terperanjat saat mengetahui bahwa saya seorang muslim. Yang membuat isteri saya (dan kemudian juga saya) prihatin adalah ucapannya, "Loch, koq ada ya orang Islam yang baik macam Pak Mario !?" Saya pun terkekeh mendengarnya. Nah ini kritik dan sekaligus menjadi tugas kita semua untuk memperbaiki citra Islam.
---(ooo)---
Izhaque



No comments:

Post a Comment