Tuesday, December 30, 2008

Kita menjadi mulia karena kemampuan kita mengelola harta dan ilmu dengan takwa

By Dana Anwari. Bisnis kita menjadi mulia bila pengelolaan bisnis itu dilakukan dengan ketakwaan kepada Allah.
Kita menjadi mulia bukan karena harta dan ilmu yang kita miliki, tetapi kita dimuliakan Allah karena ketaqwaan kita memanfaatkan harta dan ilmu sesuai kebenaran petunjuk-Nya.

Masihkah kita meragukan kebenaran dari "tiada Tuhan selain Allah"? Padahal Dia lah Yang Maha Memiliki Kebesaran dan Kemuliaan, Ya Allah ya Zul-jalal wal-Ikram. Dia lah Yang Maha Kaya, Ya Allah ya Ghaniyy. Dia lah Yang Maha Pandai, Ya Allah ya Rasyid. Dia lah Yang Maha Pemandu, Ya Allah ya Hadi. Dia lah Yang Maha Benar, Ya Allah ya Haqq. "Sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia." (QS Huud:84)

Ilmu dan harta yang dimanfaatkan untuk rencana jahat akan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah Yang Maha Pembuat Derita, Ya Allah ya Darr.
Ilmu dan harta yang dimanfaatkan dengan rasa iman kepada "tiada Tuhan selain Allah", insya Allah akan mendatangkan rezeki yang tak terhingga dan rezeki kemuliaan.

Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia.

Kehidupan dunia (dan kemewahannya) diperhiaskan (dan dijadikan amat indah) pada (pandangan) orang-orang kafir, sehingga mereka (berlagak sombong dan) memandang rendah kepada orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa (dengan imannya) lebih tinggi (martabatnya) daripada mereka (yang kafir itu) pada hari kiamat kelak dan (ingatlah), Allah memberi rezeki kepada sesiapa yang dikehendakiNya dengan tidak terkira (menurut undang-undang peraturanNya). (QS Al Baqarah:212)
Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia. (QS Al Anfal:4)
Siapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nya lah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya. Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras, dan rencana jahat mereka akan hancur. (QS Fathir:10)
Sesungguhnya setan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui. (QS Al Baqarah:169)

Beautified is the life of this world for those who disbelieve, and they mock at those who believe. But those who obey Allâh’s Orders and keep away from what He has forbidden, will be above them on the Day of Resurrection. And Allâh gives (of His Bounty, Blessings, Favours, Honours on the Day of Resurrection) to whom He wills without limit.
It is they who are the believers in truth. For them are grades of dignity with their Lord, and Forgiveness and a generous provision (Paradise).
Whosoever desires honour, (power and glory), then to Allâh belong all honour, power and glory (and one can get honour, power and glory only by obeying and worshipping Allâh (Alone)). To Him ascend (all) the goodly words, and the righteous deeds exalt it (i.e. the goodly words are not accepted by Allâh unless and until they are followed by good deeds), but those who plot evils, theirs will be severe torment. And the plotting of such will perish.
He ( Shaitân (Satan)) commands you only what is evil and Fahshâ (sinful), and that you should say against Allâh what you know not.
"O my people! Worship Allâh, you have no other ilâh (god) but Him."
http://bisnislami.blogspot.com
***

Monday, November 24, 2008

Belajar dagang dari cara Muhammad SAW memulai bisnis: memperkaya dirinya dengan kejujuran, keteguhan memegang janji, dan sifat-sifat mulia lainnya


By Dana Anwari. Usaha untuk berdagang, atau belajar berdagang, dapat dilakukan selagi muda. Sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. Pada usia sekitar 12 tahun, Muhammad kecil telah belajar berdagang secara magang dengan pamannya yang pengusaha. Bukankah itu sudah dilakukan oleh pedagang Cina terhadap anak-anaknya dalam mengelola warung dan toko yang mereka miliki?

Nio Gwan Chung dalam bukunya berjudul Muhammad SAW, The Super Leader Super Manager mengungkapkan kisah bisnis Nabi Muhammad saw yang memperkaya dirinya dengan kejujuran, keteguhan memegang janji, dan sifat-sifat mulia lainnya. Diterbitkan oleh Tazkia Multimedia dan Prophetic Leadership & Management.
"Karir bisnis Muhammad SAW dimulai ketika beliau ikut pamannya berdagang ke Syria. Waktu itu beliau masih berumur 12 tahun. Sejak itulah Muhammad SAW melakukan semacam kerja magang (internship) yang berguna kelak ketika beliau mengelola bisnisnya," tulis Dr. Muhammad Syafii Antonio, M.Ec alias Nio Gwan Chung, yang beribu Hajjah Suniah Badrahalim (Liem Soen Nio) dan berayah seorang Haksu atau Biksu Buddha Tridharma, Nio Sem Nyau.

Muhammad saw, lanjut Syafii Antonio, "Menjelang usia dewasa, beliau memutuskan perdagangan sebagai karirnya. Beliau menyadari bahwa bahwa pamannya bukanlah orang kaya namun memiliki beban keluarga yang cukup besar. Oleh karena itu Muhammad SAW muda berpikiran untuk ikut meringankan beban pamannya dengan berdagang."

"Agaknya, profesi sebagai pedagang ini telah dimulai lebih awal daripada yang dikenal umum dengan modal Khadijah. Ketika merintis karirnya tersebut, beliau memulai dengan berdagang kecil-kecilan di kota Makkah. Beliau membeli barang-barang dari satu pasar kemudian menjualnya kepada orang lain. Sampai kemudian beliau menerima modal dari para investor dan juga para janda kaya dan anak-anak yatim yang tidak sanggup menjalankan sendiri dana mereka, dan menyambut baik seseorang yang jujur untuk menjalankan bisnis dengan uang yang mereka miliki berdasarkan kerjasama Mudharabah."

"Dengan demikian, terbukalah kesempatan yang luas bagi Muhammad SAW untuk memasuki dunia bisnis dengan cara menjalankan modal orang lain, baik dengan upah (fee bases) maupun dengan system bagi hasil (profit sharing)."

"Dalam menjalankan bisnisnya tersebut, beliau memperkaya diri dengan kejujuran, keteguhan memegang janji, dan sifat-sifat mulia lainnya. Akibatnya, penduduk Makkah mengenal Muhammad SAW sebagai seorang yang terpercaya (al-amin). Para pemilik modal di Makkah waktu itu semakin banyak yang membuka peluang kemitraan dengan Muhammad SAW. Salah seorang pemilik modal tersebut adalah Khadijah yang menawarkan kemitraan berdasarkan mudharabah (bagi hasil). Dalam hal ini, Khadijah bertindak sebagai pemodal (shahibul mal), sementara Muhammad SAW sebagai pengelola (mudharib). Belakangan, Muhammad SAW menikah dengan Khadijah dan menjalankan bisnis bersama."

Ingin membaca lebih lengkap dan membeli bukunya, silakan hubungi http://www.tazkiaonline.com dan http://www.prolmcentre.com.
bisnislami.blogspot.com
***



Monday, November 17, 2008

Plato’s Lesson

What’s Plato’s Lesson?

Simply this: “Life must be lived as play.” Not bad for the great Greek Philosopher who lived from 427 to 327 BCE. Actually, it’s quite an amazing statement. It could be translated as “Enjoy yourself – life is a one-time experience.” Or, in the Words of Reb Nachman of Breslav, “It’s a big mitzvah to always be happy.”

Plato’s statement is what led me to another amazing family museum while on the road from New York City to Niagara Falls: The Strong National Museum of Play in Rochester, NY. Rochester is probably best known for Eastman Kodak (George Eastman was a resident of the city and there’s a Photography Museum in his memory here – but that’s in next week’s article) and Xerox, which have their headquarters in this quiet and quite inhabitable city.


I figured I would whizz through this museum in two hours. Well, I was about as wrong about that as I have been about anything. It took me a whole day and I was not done. This is hands-on at it best. Yes, it is a museum geared for kids – and that’s what’s so unfair about it. I love playing! I love touchy-feely exhibits. I love putting my head into holes to discover what’s in them, or to push things that push back, squash things that un-squash, shape things and dance with things and sit on things and open things and close things. Man! This museum is fun! Playing makes me happy! And a museum about play is about as happy as I can get!

I got to bake with the Berenstain bears, and on Sesame Street I made a movie in which I counted with the Count (hah, hah, hah, rumble, rumble). I operated a pulley to move Curious George from window to window in his apartment building and I shopped for real-life-looking groceries in the Super Kids Market. Then I walked through the giant kaleidoscope in the Field of Play before walking down the Yellow Brick Road into reading Adventureland where my nieces’ and nephews’ favorite book characters had all come to life. I stepped into the past and dressed up in period clothes to pump water, churn butter and scrub some clothes, and although exhausted by this time, I still managed to meander through the National Toy Hall of Fame to see who/what the really famous toys are (you’ll be surprised how many of them are in your home right now!).

Many of the museum’s pavilion’s have “Make it and Take it” stations, that enable kids of all ages to express their own creativity and then take it home with them. It’s all included in the reasonable price of a ticket, and it’s one of the things I love about any museum – the individual experience.

The Strong National Museum of Play is not only a children’s museum, it’s a historical museum too. It has fun while teaching – the best way to educate. It’s experiential in the extreme and creates understanding of play and its positive impact on our lives.

Anyone who visits owes a huge debt of gratitude to Margaret Woodbury Strong through whose philanthropy this incredibly joyous institution was created.

“Life must be lived as play.” Thanks. Plato!

Don’t drop it!

In one of my previous careers, I served as a pulpit rabbi in Cape Town, South Africa as well as in Vancouver BC, Canada. This was the time that Corningware products had become very popular and the inevitable questions arose before Pesach, if it was possible to kasher Corningware, and if so, how? That was when I discovered that while it may look like and feel like ceramic or glazed stoneware, Corningware is, in fact, glass.

I often drive from New York City to Upstate New York. Sometimes I take the thruway, but usually I drive along Route 17. It’s a wonderful, picturesque drive as it winds its way through places like Goshen and Monticello until you get to Binghamton. From Binghamton to Rochester, route 17 becomes just another highway passing through more or less flat land, as you get to Finger Lakes country.


That’s the route I like to take when I drive to Corning, NY, the place where Corningware is manufactured. The Corning Museum of Glass, however, an accredited educational institution founded by the Corning Glass Works in 1950 has never been a showcase for the company’s products. It’s a non-profit organization created to educate and teach about glass. And it’s an amazing and fascinating lesson! The museum explores every aspect of glass. Here I discovered the history of glass, the role of glass in art, science and technology. There are more than 45,000 artifacts in the museum’s astounding glass collection from all over the world.

“In the future,” said Nicolas Negroponte, former head of the Technology Laboratory at MIT, “we will need to cater to a public of one.” That has always been my guiding principle in museology (another one of my past careers). So for me, museums are all about the individual experience. And the Corning Museum of Glass has a number of activities that enabled me to both give and receive individual expression within the museum environment. My favorite feature in this museum is called “You Design It – We’ll Make It!” I was invited, along with others attending, to draw something that I wanted the museum’s glass techs to create. My drawing was not the one chosen, but a little girl sitting near me showed exceptional talent in drawing a very colorful fish. The glass blowers then proceeded to create that fish out of glass before the audience, colors and all. What excitement!

There are also workshops at the museum where I was able to get down and dirty with the glass makers and take home a souvenir of my own – very imperfect - glass creation.

As I mentioned before, the museum is first and foremost an accredited educational institution, and its Studio is one of the best known teaching facilities of its kind in the world. While not part of the actual museum tour, I was able to watch one of the classes and see how this combination of amazing art, creative craft, scintillating science, theatrical technology, and brilliant beauty is handed down from master (in my case mistress) to one pupil. I was awe-struck!

So here’s a place to bring the family. If you ever drive from New York City to Niagara Falls, take Route 17. The Museum of Glass in Corning will be a place of excitement for you and your kids. It’s one of a series of family-geared museums that I will recommend as this current series of articles proceeds. And here’s a tip when you leave with your souvenir: don’t drop it!

I, Spy

The second most fascinating museum I found in Washington DC was the International Spy Museum. And the most fascinating thing I discovered at the museum was that everything I thought I knew about espionage was untrue. I remember reading James Grady’s “Six Days of the Condor” as a teenager and thinking that the James Bond novels were really not all about it at all. Robert Ludlum’s works are closer to the truth, I thought. Or even Tom Clancy. Then I read Efraim Halevy’s “Man in the Shadows” which taught me that the clandestine world of espionage is basically guided by a simple rule – be invisible.


The International Spy Museum invited me to leave my preconceptions behind. I was shown how operatives live the most perfect double lives. I learned that yes, many do use all sorts of gadgets in the pursuit of their spycraft, while others are so ordinary that I may pass them hundreds of times daily and never see them.

I was fascinated to learn how six US diplomats made their way out of revolutionary Iran in 1979, with the help of the Canadian ambassador. I was intrgued by the museum’s interpretation of Moses as a gatherer of intelligence, which he then applied to successfully bring about the collapse of the Egyptian ruling class. Biblical exegesis par excellence!

My visit to the International spy museum taught me not only history, but also the secret history of history. Amazing! I found out that numerous – many – celebrities also led (and I guess still lead) double lives; film stars, sports professionals, academics who have all been in the employ of their nation, while everyone else thought they were singers or actresseses, basketball players or nuclear physicists. So many people whom we all recognize were, in fact, something completely different to what everyone thought they were (and are, I guess).

Naturally, some spies eventually make mistakes and get caught. I gained some insight into the escape and/or capture of such well-know agents as Kim Philby and Roger Aldrich. I was spellbound by the true stories of the counter-espionage methods used by all intelligence agencies in their constant examination of themselves, and entralled primarily by the “invisible-ness” of this entire industry. And what an industry it is!



Entry to the museum is controlled. I was given 5 minutes upon arrival to memorize the details of a fictitious cover (there are about 15 such available to choose from): date and place of birth, fictitious name, destination, purpose, etc. Later on, at selected interactive stations in the museum, I was asked about the details of my identity and how they meshed with parts of the exhibit I had just experienced. Fortunately for me, there was no punishment for being “caught.”

Located in Washington DC’s Penn Quarter neighborhood and built at a cost of some $40 million, this incredibly interesting museum is a private operation and one of few in DC that charge an entrance fee. But, it was a fee for which I got so much more than my money’s worth! Its Board of Directors includes numerous former intelligence operatives - sometimes a source of debate in the beltway - who have lent their expertise to the creation of this captivating, authentic experience.

Or is it perhaps just an illusion of authenticity?

I’ll never know.

So, What’s News?

Washington DC is not what I would call an exotic location. But as capital cities go, after Jerusalem, Washington DC is way out front on my list. While the USA is not, has never been, and doesn’t seek to be an empire, the architecture of its capital city is the ultimate in imperial design. The stated power in the design and construction of its public buildings, is an expression of that nation’s strength. The planners of the American capital intended it to be so – so that every citizen who visits the nation’s capital will be filled with pride and pleasure and come away from a sojourn to the city with an overwhelming feeling of patriotism.

Indeed, to walk the Mall in Washington DC, from the Capitol to the Lincoln Memorial, is to marvel at the cultural wealth of what is still our planet’s single great power. I could write endless lines on each of the museums there – and as you already know, after travel, museums are my great love – and I have spent full days and more in each of the amazing institutions that sit astride the oak-lined boulevard that is the Mall. I’ve wandered – and wondered – through the magnificent art in the National Gallery and soared into the great yonder at the Air & Space Museum, delved into natural history at the museum of that name and into American history in the museum of that name. The top of the Washington memorial provides a view of America’s public structures that fills even this non-American with pride, and the reflecting pool at 6 o’clock in the morning is as still as a mirror. I have never skipped the sunken “V” of the Vietnam Veteran’s Memorial from where I always come away humbled. I go there because I feel a commonality with the veteran’s who have made their lives around the memorial. Anyone who has been to war knows and understands this deep and purposeful cameraderie.

But my favorite place in Washington DC is not on the Mall –even though it is very close. I’m talking about one of Washington’s lesser known museums, the Newseum, the Museum of News and Journalism, located on Pennsylvania Avenue.

Based upon the following ten principles, the Newseum is probably the ultimate hi-tech museum experience available anywhere. Those principles are:
  1. The free press is a cornerstone of democracy.
  2. People have a need to know.
  3. Journalists have a right to tell.
  4. Finding the facts can be difficult.
  5. Reporting the story can be dangerous.
  6. Freedom includes the right to be outrageous.
  7. Responsibility includes the duty to be fair.
  8. News is history in the making.
  9. Journalists provide the first draft of history.
  10. A free press, at its best, reveals the truth.

Newspaper front pages from 500 locations around the globe are available daily. I learned how news develops, how its covered, how its distributed; I discovered the difference between news on paper, via the internet, by television, and on the radio. I was amazed at the focused sound system that carries broadcast news projected on mammoth screens to individual ears viewing from across the hall in a manner that what I was hearing did not disturb the person standing next to me. I was able to review five centuries of journalistic information in a series of small exhibition spaces that use mutiple media in so clever a manner that I could personalise it to my private needs. Over and above that all, there are neat gadgets, shows, a newspaper from the date of everyone’s birth, and a plethora of interactivity that turn this into a must-see museum for families.

Washington DC’s Newseum – Read all about it!


Sunday, November 2, 2008

Mario Teguh menebarkan bisnis Islami, membuktikan Islam adalah rahmat bagi semesta alam


"Masih banyak orang yang salah faham terhadap Islam. Ada satu pengalaman yang mengherankan sekaligus membuat saya prihatin. Dalam satu seminar di acara coffee break isteri saya didatangi salah seorang peserta penganut agama Kristen yang taat. Masih kepada isteri saya, orang itu memberi komentar bahwa saya menerapkan ajaran Injil dengan baik. Lalu dengan lembut, penuh kehati-hatian, isteri saya memberitahu bahwa saya seorang muslim. Sontak orang itu terperanjat saat mengetahui bahwa saya seorang muslim. Yang membuat isteri saya (dan kemudian juga saya) prihatin adalah ucapannya, "Loch, koq ada ya orang Islam yang baik macam Pak Mario !?" Saya pun terkekeh mendengarnya. Nah ini kritik dan sekaligus menjadi tugas kita semua untuk memperbaiki citra Islam, "begitu jawaban motivator yang lagi ngetop di Indonesia, Mario Teguh, menjawab pertanyaan reporter dari 'Cahaya Sufi'.

Ada lagi yang menarik dari reportase itu, ketika Mario Teguh ditanya, "Anda punya pengalaman keberislaman Anda yang inclusive itu?"
Motivator yang berawal tampil di stasiun teve O Channel lalu juga tampil di The Golden Ways Metro TV itu menjawab, "Iya. Pernah beberapa peserta saya mengklaim materi yang baru saja selesai saya sampaikan menurut sudut pandang keyakinan agama mereka. Seorang peserta yang beragama Kristiani mengatakan bahwa materi saya ada juga di ajarkan dalam Injil. Peserta lain yang beragama Islam mengaku bahwa materi yang saya sampaikan ada di Al-Quran surat al-Maidah. Peserta yang Budha menganggap bahwa materi saya itu penerapan dari Dharma-dharma Budha. Saya hanya mengembalikan semua apresiasi itu kepada-Nya."

Nabi Muhammad saw yang mengajarkan agama Islam adalah rahmat bagi semesta alam. Ajaran Islam yang bersumber dari wahyu Allah yang disampaikan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw, adalah diperuntukkan bagi semua manusia, semua umat manusia. Sebagaimana bunyi firman "tiada Tuhan selain Allah" dalam Al Quran surat Al Anbiya ayat 107; "Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Hai Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam."
Marilah mencitra-dirikan keIslaman kita sebagaimana maunya Allah swt! Ukurannya adalah apa yang kita lakukan haruslah dalam rangka meraih rida Allah, Tuhan kita Yang Maha Tunggal, Esa tanpa sekutu.

Selengkapnya bacalah di bawah ini atau di www.sufinews.com.

Saya Tak Mau Repot dengan Label Formal Ketuhanan
Mario Teguh, 50 thn - Konsultan & Motivator

Stephen R. Covey dalam The Seven Habits of Highly Effective People melihat ada kontras yang tajam hampir di semua literatur motivasi dalam 150 tahun belakangan ini, yang berfokus pada apa yang disebut Etika Karakater (Characer Ethic) dan Etika Kepribadian (Personality Ethic). Etika Karakater (Character Ethic) sebagai dasar keberhasilan (seperti integritas, kerendahan hati, kesetiaan, pembatasan diri, keberanian, keadilan, kesabaran, rajin, kesederhanaan dan kesantunan), dan mengajarkan bahwa orang hanya dapat mengalami keberhasilan yang sejati, kebahagiaan yang abadi jika mereka belajar dan mengintegrasikan prinsip-prinsip ini ke dalam karakter dasar manusia dianggap sebagai bagian dari pendekatan kepribadian yang manipulatif.

Dalam padangan R. Covey, Etika Karakter macam ini hanya mendorong orang untuk membuat orang lain menyukai mereka, atau berpura-pura tertarik terhadap hobi orang lain untuk mendapat apa yang diinginkan dari orang tersebut, atau untuk menggunakan "penampilan kekuasaan". Etika Karakter sekedar lips service saja; penggerak dasarnya adalah teknik mempengaruhi dengan cepat, strategi kekuasaan, keteramplian berkomunikasi, kepandaian beretorika dan sikap positif.

Sedang Etika Kepribadian (Personality Ethic) pada dasarnya menenempuh dua pendekatan: satu adalah teknik hubungan manusia dan masyarakat, dan yang satu lagi adalah sikap mental positif (SMP). Sebagian dari filosofi ini diekspresikan di dalam pepatah yang mendatangkan ilham seperti, "Sikap anda menentukan ketinggian posisi anda," "Senyum menghasilkan banyak teman dari pada kerutan pada dahi," dan "Apapun yang dapat dipahami dan diyakini oleh benak manusia itu pasti dapat tercapai."

Lalu apa sebenarnya motivasi dan kegunaannya bagi kehidupan manusia? Benarkah kehadiran Motivator ditengah masyarakat disamping memberi semangat, ia juga menstimulus kecerdasan? Lantas, kecerdasan macam apa yang didorong motivator dari para klien ? Adakah Tuhan dan agama di Dunia Motivasi ? Dimana sesungguhnya titik temu antara Dunia Motivasi dengan Dunia Sufi ?Apa arti kesuksesan sejati ? Banyak hal dan hikmah yang akan kita temukan dibalik jawaban-jawaban yang dipaparkan oleh Super Talk, Mario Teguh, motivator yang tulisan-tulisannya dapat kita baca di surat kabar harian Media Indonesia setiap Selasa dan Kamis. Motivasi-motivasinya yang renyah juga dapat kita nikmati setiap Rabu di Radio Delta Fm 99,1 dan Jum'at di Radio Pro2 Fm 105 jam 7 - 8 pagi. Berikut wawancara Cahaya Sufi bersama Mario Teguh:

Mengingat laku sebagian saudara sebangsa saat ini, kita terpaksa mengingat kembali tesis Francis Fukuyama tentang The Law Trush Society. Begitu rendah kepercayaan kita satu sama lainnya dan kemarahan, benar-benar telah didudukkan sebagai ujung tombak komunikasi kita. Karena itu kepatuhan terhadap peraturan menjadi begitu rendah. Dan ujung dari semua ini ialah karena satu sama lain dari kita telah saling tidak percaya. Apakah bangsa ini telah patah arang dan kehilangan motivasi?
Banyak orang yang salah mengartikan motivasi. Motivasi oleh sebagian orang hanya dipahami sebagai sebuah tranfusi semangat dari satu atau dua orang kepada orang lainnya. Tapi sebetulnya pengertian motivasi lebih dari sekedar itu. Motivasi itu harus ada dibangun pada diri sendiri dan menjadi kemampuan yang memperbesar dirinya sendiri seiring dengan berjalannya waktu. Sebagai motivator, tugas kita hanya memberikan formula-formula yang bisa di internalisasi oleh klien untuk menjadi satu mekanisme penyemangatan diri mereka sendiri. Nah kalau formula-formula itu sudah menginternalisasi dan menjadi mekanisme penyemangatan sendiri, mereka tidak lagi terlalu bergantung pada suasana-suasana bersemangat yang biasanya malah kadang-kadang agak palsu.

Formula yang anda tawarkan seperti Emotional Question (EQ) nya Daniel Goldman, begitu?
Kira-kira begitulah. Tapi saya mengistilahkannya dengan Emotional Intelegents atau Kecerdasan Emosi.

Jabarannya seperti apa?
Banyak cara yang ditawarkan orang dalam melatih responcibility seorang klien. Ada orang yang dilatih untuk berespon agresif terhadap stimuli. Ada juga yang berlatih merespon dengan cara melarikan diri. Ada pula yang menggunakan pendekatan bersembunyi atau mencari pembenaran diri pada apapun. Pada pendekatan yang terakhir ini apapun dibenarkan sebagai dukungan terhadap kebenaran diri karena mendapat serangan dari lingkungan. Nah paradigma ini yang biasanya dibangun dalam budaya. Sehingga muncul budaya kalau tidak setuju diam saja, nanti kalau sudah keterlaluan baru kita bereaksi. Nah ini mengakibatkan sekelompok orang untuk diam selama tidak setuju dan kalau sudah tidak tahan baru bereaksi dengan reaksi yang lebih agresif dan anarkis.

Kecerdasan emosi itu bukan semata kemampuan seseorang mengendalikan emosi pada tempat dan waktu tertentu. Dalam Kecerdasan Emosi seseorang dibekali semacam peta baku yang menjadi "rujukan" untuk respons terhadap spekuli, atau respons terhadap hubungan. Seorang anak yang sudah memiliki Peta Kecerdasan Emosi tidak akan berespons negatif ketika dihina sebab dalam dirinya sudah ada peta bahwa hanya orang yang rendah saja yang marah ketika direndahkan orang lain. Seseorang yang sudah memiliki Peta Kecerdasan Emosi tidak akan berespons negatif ketika dikatakan bodoh oleh pihak lainnya sebab dalam Peta Emosi yang dimilikinya ada petunjuk bahwa hanya orang bodoh saja yang mengatakan orang lain bodoh. Kalau secara kolektif bangsa ini di isi oleh individu-individu yang bereaksi positif terhadap apapun yang terjadi dilingkungan kita, yakinlah kehidupan berbegara dan berbangsa ini akan lebih damai dan syahdu.

Jadi, penyemangatan yang kita bicarakan adalah penyemangatan yang memiliki muara pada pengertian-pengertian baik dan positif, bukan dari acara hingar bingar seperti musik keras atau teriak-teriak atau loncat-loncat atau melalui obat atau minuman yang membantu artificial kita untuk merasa kelihatannya seperti bersemangat. Penyemangatan yang demikian ini sesaat saja sifatnya.

Di Jepang ada sebuah toko barang antik yang disediakan untuk para eksekutif yang tengah dilanda amarah. Disitu, orang boleh memecah berbagai jenis keramik yang ada dengan harapan setelah itu orang akan merasa lega karena amarahnya telah ditumpahkan pada barang-barang yang dipecahnya. Anda menghindari pendekatan macam ini?
Ya. Seperti yang saya katakan barusan, pendekatan macam itu temporal saja sifatnya. Dan ini bukan pemecahan. Marah hanya bisa diobati dengan memaafkan. Menahan amarah tanpa memaafkan hanya akan menambah penyakit saja.

Tapi dalam konsep tasawuf, memaafkan itu harus dilatih terus menerus seiring dengan tumbuhnya "kedewasaan ruhaniah" seseorang. Masih dalam konteks tasawuf, memaafkan itu hasil perjuangan dari pengendalian kekuatan ghadhab (amarah) yang berada diantara dua tekanan; pengecut dan pemberang. Bagaimana menurut Anda?
Nah disinilah letak perbedaan antara Ilmu Kejiwaan Barat dengan Ilmu Kejiwaan dalam agama. Ilmu Kejiwaan Barat tidak menyertakan komponen keyakinan yang murni sebagai mekanisme manusia sebagai sebuah sistem, sedang Ilmu Kejiwaan dalam agama menyertakan proses bahwa manusia itu bagian dari sebuah keberadaan yang lebih besar, yakni Tuhan. Dan apa yang Anda sampaikan itu adalah bagian dari Ilmu Kejiwaan dalam agama.

Apa yang Anda katakan itu memang sudah seharusnya demikian bagi orang yang sudah mengakui keberadaan Tuhan. Karena kalau kita sudah menerima Tuhan, semua waktu, tempat, keadaan dan kesempatan dipersembahkan hanya untuk Tuhan. Alasan kita tersenyum di pagi hari kepada isteri dan anak-anak, menyambut mereka dengan santun, berusaha datang tepat waktu untuk memenuhi janji, itu semua bukan semata-mata karena didasari atas kesantunan kita sebagai manusia, melainkan kita ingin mengabdi kepada-Nya.
Kembali pada "memaafkan" yang Anda katakan, dia sebenarnya akibat dan bukan sifat. Memaafkan adalah sebuah peralihan dari pusat ego kepada altruisme. Orang-orang altruis dalam al-Quran disebut sebagai orang-orang yang berbuat baik (al-muhsinun; red). Semakin jelas disini bahwa memaafkan tak bisa direkayasa secara artificial dengan upacara pemutihan seperti acara halal bi halal misalnya. Serupa dengan memaafkan, kesabaran pun demikian. Ia bukan sifat tapi akibat. Ya, akibat dari karena ia mengerti resiko, mengerti reaksi yang tidak proporsional. Orang yang penyabar dan pemaaf itu sebenarnya cermin dari pengertian luas yang ia miliki. Karenanya kalau ada orang dilahirkan enggak bisa marah, itu bukan kesabaran tapi ketidaknormalan.


Saat memberikan terapi atau memotivasi, diantara Ilmu Kejiwaan Barat dan Ilmu Kejiwaan dalam agama, mana yang anda gunakan?
Kalau Anda perhatikan penjelasan saya diatas, sebenarnya "peta" yang ada dalam Kecerdasan Emosional yang saya tawarkan merupakan gugusan pilar dari kebenaran, keindahan dan kebaikan. Hal ini didasari oleh fitrah kehidupan bahwa manusia dalam hidup itu tak lepas dari menginginkan kebaikan, menyukai keindahan dan mencari kebenaran. Tapi dalam realitas kehidupan, tiga hal ini lebih sering dirasakan oleh manusia sebagai tiga hal yang berdiri sendiri-sendiri. Misalnya kebenaran yang dicari ternyata malah membawa kepedihan, keindahan yang disukainya ternyata tidak membawa kebaikan, atau kebaikan yang diusahakan malah bertentangan dengan kebenaran. Pada saat yang demikian manusia tidak dapat menikmati keadaan itu secara sempurna lalu mengidap split personality atau kepribadian yang terpecah belah. Nah kira-kira melalui apa manusia dapat menemukan dan merasakan kebenaran, keindahan dan kebaikan sejati (haqiqi; red)? Dalam beragama bukan?!

Wah penjelasan Anda nyufi banget loh ?!
Ha…ha…ha…terimakasih, Mas. Tapi terus terang. Dalam menjalankan tugas (baik sebagai pembicara publik maupun motivator) saya menghindari komponen-komponen komunikasi yang terlalu mengindikasikan agama Islam secara formal atau verbal.

Kenapa ?
Buat saya, ketika kita betul-betul dengan sadar sesadarnya mengatakan "ya !" terhadap keberadaan dan keesaan Allah (laa ilaaha illallaah; red) kita tak perlu repot-repot lagi memikirkan lebel-lebel formal ketuhanan. Pokoknya terus berlaku jujur, menjaga kerahasiaan klien, menganjurkan yang baik, menghindarkan perilaku, sikap dan pikiran buruk, saya rasa ini semua pilihan orang-orang beriman. Itu alasan pertama.

Alasan kedua, Islam itu agama rahmat untuk semesta alam loch. Berislam itu mbok yang keren abis gitu loch ! Maksudnya jadi orang Islam mbok yang betul-betul memayungi (pemeluk) agama-agama lain. Agama kita itu sebagai agama terakhir dan penyempurna bagi agama-agama sebelumnya. Agama kita puncak kesempurnaan agama loch. Dan karenanya kita harus tampil sebagai pembawa berita bagi semua. Kita tidak perlu mengunggul-unggulkan agama kita yang memang sudah unggul dihadapan saudara-saudara kita yang tidak seagama dengan kita. Bagaimana Islam bisa dinilai baik kalau kita selaku muslim lalu merendahkan agama (dan pemeluk) agama lain.


Apakah dalam pandangan Anda semua agama itu sama ?
Ha…ha…ha…ya jelas tidak sama toch, Mas. Tapi oleh Tuhan manusia diberi kebebasan memilih diantara ketidak samaan itu. Saya tidak akan mengatakan bahwa perbedaan itu rahmat, tapi saya akan menunjukkan Windows Operating System yang dikeluarkan Microsof. Masih ada toch Mas orang yang masih menggunakan Windows 95? Masih ada juga kan orang yang menggunakan Windows 98 atau Windows 2000? Dan Anda sendiri sekarang menggunakan Windows XP kan?. Begitu juga dengan agama-agama Tuhan, Mas. Ada versi-versi yang sesuai untuk zamannya, untuk kelengkapan fikiran di zaman itu dan disana ada jenis kemampuan masing-masing orang dalam menyikapinya. Masak Anda mau memaksa orang lain untuk memakai XP pada orang yang kemampuannya cuma sebatas memiliki Windows 95? Tidak toch!? Alangkah indahnya kalau semua orang Islam ketika bicara dapat diterima semua pemeluk agama lain.

Contohnya seperti apa pembicaraan yang dapat diterima semua pemeluk agama ?
"Anda adalah direktur utama dari perusahaan jasa milik Anda sendiri. Anda adalah CEO dari kehidupan Anda sendiri. Anda sebenarnya, sepenuhnya bertanggungjawab atas bisnis kehidupan Anda dan apapun yang akan terjadi pada diri Anda sendiri. Anda bertanggungjawab atas semuanya antara lain, produksi, pemasaran, keuangan, RND dan lain sebagainya diperusahaan kehidupan Anda. Demikian pula Anda sendirilah yang menentukan berapa besar gaji Anda, berapa income Anda. Bila Anda tidak puas dengan penghasilan yang Anda terima, Anda bisa melihat didekat cermin Anda dan menegosiasikan pada bos Anda, yakni Anda sendiri yang ada didalam cermin," begitu kira-kira. Nah, menurut saya etos demikian tak dapat dibantah oleh semua ajaran agama-agama yang ada didunia.

Apa yang anda contohkan bukan malah menujukkan bahwa manusia adalah segala-segalanya. Terkesan, seolah-olah Tuhan tak memiliki peran apa-apa disana ?
Diatas saya mengatakan bahwa alasan kita tersenyum di pagi hari kepada isteri dan anak-anak, menyambut mereka dengan santun, berusaha datang tepat waktu untuk memenuhi janji, itu semua bukan semata-mata karena didasari atas kesantunan kita sebagai manusia, melainkan kita ingin mengabdi kepada-Nya. Begitu juga dengan contoh barusan, itu sebenarnya merupakan cermin atas pesan agama yang meminta totalitas kita dalam menjalankan sebuah amanah. Apalagi jika kita bicara tentang "cermin", akan sangat panjang pembicaraan kita. Dan setiap spirit tidak selalu harus ada embel-embel nama surat atau ayat dari kitab suci tertentu. Bukankah seorang jenderal paling ateis pun ketika melepaskan pasukannya ke medan perang tak dapat menghindarkan diri dari ucapan, "Semoga kalian sukses!". Kalimat "Semoga" disitu menyimpan harapan campur tangan kekuatan dari Yang Maha Kuat. Biarlah Tuhan menjadi sesuatu yang tersembunyi dikedalaman relung hati kita yang paling dalam.

Anda ingin mengatakan bahwa dibalik cermin tersebut ada impian masa depan dan perencanaan strategis, begitu ?
Ya, tepat sekali. Salah satu pengamatan penting yang dapat ditemukan pada suatu perusahaan atau individu adalah perusahaan yang dapat mengetahui nilai utamanya dan dapat membuat perencanaan ke depan serta mengetahui apa yang harus dikerjakan dalam mencapai misi dan visi perusahaan.

Demikian pula dengan "perusahaan" Anda. Anda harus memiliki "impian" masa mendatang serta membuat perencanaan strategis yang harus dijalankan sesuai dengan proses yang direncanakan, sehingga Anda bisa mengerjakan apa yang harus Anda kerjakan dan bukan yang Anda senang kerjakan.


Lantas…?
Dengan melakukan perancanaan dan fokus pada proses serta melakukan perbaikan-perbaikan secara berkesinambungan maka Anda akan dapat memperbaiki secara drastis kinerja yang akan dicapai. Tulislah seluruh nilai-nilai yang Anda impikan, buat daftar nilai-nilai tersebut, implementasikan sistem pareto pada list tersebut sehingga dapat ditemukan inti dari keinginan-keinginan Anda serta kemudian dedikasikan diri Anda sepenuhnya pada nilai-nilai kunci yang telah Anda pilih sendiri.

Sekali Anda telah memutuskan nilai-nilai kunci tersebut maka untuk selanjutnya Anda harus secara konsekwen menjalankannya dalam kehidupan Anda serta memakai nilai-nilai tersebut sebagai kompas dalam tindakan-tindakan Anda selanjutnya. Nilai-nilai tersebut dapat Anda pakai sebagai pondasi didalam Anda memutuskan apa yang akan Anda lakukan setiap harinya. Bila terjadi suatu kebingungan atas beberapa pilihan, Anda harus kembali pada nilai-nilai tersebut didalam memutuskannya. Nah disinilah pentingnya kita memiliki Peta Kecerdasan Emosi dan jangan paksa saya untuk menyebutkan surat apa dan ayat berapa termuat didalam kitab suci. Ha…ha…ha…


Jadi, menurut anda apa asset paling utama untuk perusahaan dan indvidu ?
Asset yang paling utama bagi suatu perusahaan dan individu adalah reputasi. Pemasaran adalah persaingan antar persepsi yang ada dibenak pelanggan dan bukan persaingan antara produk yang sebenarnya. Jadi, reputasi dan persepsi suatu perusahaan atau individu adalah sesuatu yang amat penting dalam mencapai kesuksesan.

Jika ditemukan kegagalan, dimana letak masalahnya?
Saya melihat hanya sales people yang gagal, yang disebabkan karena mereka banyak menghabiskan waktu untuk melakukan sesuatu yang kurang memberikan nilai-nilai kunci pada perusahaan kehidupan mereka. Sebaliknya, bagi para sales people yang sukses, umumnya mereka fokus pada aktifitas yang banyak memberikan nilai-nilai tambah dalam perusahaan kehidupannya.

Termasuk memberi nilai tambah estetika untuk perusahaan yang bernama Republik Indonesia karena kemerosotan perilaku bangsanya yang terjadi disana-sini?
Ha…ha…ha…Dalam sekali anda! Tapi memang benar, pengalaman estetika itu memang menjadi soal yang mendesak bagi masyarakat kita akhir belakangan ini. Sehingga mata pendidikan estetika pun menjadi pendidikan yang layak diakselarasi. Estetika bukan sebatas menyangkut kesenian semata, ini adalah peristiwa kebudayaan. Estetika itu awalnya adalah ketakjuban manusia dihadapan alam. Lalu alam itu mengajarkan bermacam-macam persoalan agar manusia meniru dan menduplikasinya. Sejak itulah lahir peristiwa kesenian. Didalam kesenian jiwa manusia diperkenalkan kepada nilai-nilai yang lebih luhur. Dari keluhuran seni, manusia tergerak untuk mencari pengalaman yang lebih tinggi dan bertemulah dengan pengalaman reliji. Dari seni pindahlah mereka kepada agama. Dari sekedar pengalaman estetik maka menginjaklah manusia kedalam pengalaman relejius.

Sama seperti para ahli tasawuf saat membahas cahaya dari proses manusia bahwa hidup adalah sebuah tamsil agung tentang perjalanan seorang manusia menembus lorong dirinya sendiri, tanpa kawan, tanpa bekal, tanpa lentera…..?
Ha…ha…ha…. Anda lebih paham soal itu. Kembali kepada pendidikan estetika tadi, itulah pendidikan yang hasilnya akan kita nikmati dalam bentuk nilai kepatuhan publik kepada hukum, tertib sosial, sikap mental masyarakat yang hidup dan menjunjung tinggi kedaulatan umum. Dan bangsa ini akan menjadi bangsa yang peka terhadap alam dan kemanusiaan.

Sekaligus menjadi bangsa yang tampil lebih kuat dihadapan hasutan budaya pop dan tidak mudah memuja sesuatu yang sejatinya biasa-biasa saja cuma karena ia di populerkan oleh media massa ?
Ya. Hasil pendidikan itu membuat bangsa ini mudah mengenali sesuatu yang sejatinya indah dan gerah ketika melihat limbah.

Dengan cara apakah pendidikan estetika ini harus dijalankan ?
Oleh karena estetika itu lebih luas dari hanya mengenali lukisan cantik, tidak mudah memang untuk menyingkapnya. Tapi jika mau sederhana mulailah dari diri kita dan masing-masing komponen bangsa untuk kemudian para pemimpin yang besar visi estetik nya dan kesuksesan pun siap untuk dijelang.

Apa arti sukses menurut anda ?
Perjalanan 50 tahun hidup yang sudah saya jalani menyimpulkan bahwa sukses itu tidak selalu berarti mendapat piala atau pujian, meski tak ada salahnya jika kita mendapatkan keduanya. Hanya saja itu semua bukan kriteria dari sukses itu sendiri. Karenanya tak jarang orang kemudian sulit menemukan kesuksesan-kesuksesan yang pernah diraihnya.

Secara sederhana sukses adalah bagaimana kita keluar dari comfort zone kita dan mencoba menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dengan definisi ini Anda akan melihat begitu banyak kesuksesan yang bisa Anda lihat pada diri Anda. Kalau kemarin Anda baru bisa membantu satu orang, hari ini Anda bisa membantu dua dan besok Anda bisa membantu lebih banyak lagi, maka anda sukses. Dengan perasaan yang positif mengenai kesuksesan yang pernah Anda raih, maka Anda akan merasa semakin sukses dan semakin percaya diri dengan cita-cita, visi dan misi hidup Anda.

Saya sangat tidak setuju dengan ungkapan, "Biarlah kita sekarang susah, asal nanti kita sukses". Ini jelas enggak pernah bakal sukses. Saya bertanya, dimana anak tangganya? Bukankah untuk meraih kesuksesan besar harus diawali dengan kesuksesan kecil dan sedang?. Ada pepatah yang mengatakan, "Sukses akan melahirkan sukses yang lain." Nah dari pepatah ini dapat diambil pelajaran, apabila kita semakin mudah untuk melihat kesuksesan kita dari hal-hal yang kecil, maka mudah bagi kita untuk mengumpulkan, mengakumulasikan dan melangkah mencapai sukses yang lebih besar. Percaya dech, dengan sukses kecil-kecil itu, cepat atau lambat sukses yang lebih besar akan menjemput Anda.


Tapi sayang, umumnya, masyarakat kita menilai sukses seseorang dari ukuran-ukuran materi seperti merek mobil yang digunakan, mewahnya rumah yang dimiliki dan lain sebagainya. Bagaimana komentar Anda ?
Ini jelas penilaian yang harus diluruskan sebab akan ada akibatnya; jika tidak kaya atau bergelimang harta maka seseorang tidak dikatakan sukses. Sehingga pada akhirnya berlomba-lomba setiap orang untuk mencari kekayaan yang lepas dari cara yang halal atau yang haram karena ia takut kalau dikatakan tidak sukses. Jika kekayaan itu sudah diraihnya, pasti ia mudah terlena dengan kekayaan itu. Dengan angkuh, ia mengklaim bahwa kekayaan yang ada padanya itu hasil jerih payahnya sendiri. Ia lupa bahwa kekayaan sesungguhnya bukanlah sebab melainkan akibat dari sukses yang diraihnya. Hemat saya, orang yang angkuh dengan apa yang dicapainya sebenarnya dia tidak berencana untuk mencapai kesuksesan-kesuksesan yang lain.

Tandanya apa sich seseorang yang terjebak pada keangkuhan atau kesombongan?
Konon tidak seorang pun bisa masuk sorga kalau hatinya tinggi, arogansinya besar dan harga dirinya bengkak. Orang-orang arogan tidak bisa masuk sorga. Kira-kira begitulah secara spiritual. Tetapi didunia pekerjaan pun orang-orang yang kemudian masuk dalam jebakan kesombongan dan arogansi ditandai dengan perasaan luar biasa hebat, perasaan paling top, perasaan paling hebat, bahkan lupa sebenarnya dia sudah merasa lebih besar dari pada sejatinya. Perusahaan-perusahaan dan orang-orang demikian biasanya mulai mengalami proses penjatuhan atau proses penurunan.

Jadi, sombong itu awal dari kejatuhan individual maupun kejatuhan perusahaan?
Ya, awal dari kejatuhan individual atau kejatuhan perusahaan adalah ketika mereka lupa diri, arogansi dan sombong. Itulah yang bisa diungkapkan dari sejarah bisnis. Pada banyak produk-produk yang dulu terkenal, pemimpin besar, market leader, tapi kemudian sekarang hilang dari peredaran. Kenapa? Jawabanya adalah ketika mereka terjebak dalam kesombongan yang membuatnya rasa puas diri.

Dengan kata lain, sebaliknya, jika kita ingin maju kita harus rendah hati ?
Iya.

Rendah hati yang anda maksud ?
Ya, dia sejenis perasaan dimana kita bukan yang paling top, meski barangkali kita sudah duduk di tempat yang top.

Maksudnya ?
Bisa saja seorang duduk dikursi Presiden misalnya, Gubernur misalnya, pokoknya sudah paling top. Lalu dia tetap menunjukkan kerendahan hati, itu rendah hati namanya. Sebaliknya, jika seseorang duduk pada tempat yang tinggi, seperti pada jabatan-jabatan itu, namun ia arogan, maka orang tersebut berubah menjadi tirani, berubah menjadi dictator, bahkan fasis.

Seseorang yang duduk dikedudukan tinggi tetapi rendah hati maka dia berubah menjadi pelayan, orang tersebut menyenangkan kita. Jadi sekali lagi, seorang yang rendah hati tidak merasa sudah paling tinggi meskipun barangkali dia sudah ditempat paling tinggi. Dengan kata lain, kerendahan hati adalah tidak menuntut apa yang tidak patut bagi kita sesuai dengan kedudukan kita. Mendahulukan orang lain dengan menolak mendahulukan apa yang patut bagi kita sesuai dengan kedudukan kita, itu kerendahan hati. Kerendahan hati adalah sebuah syarat dimana kita bisa belajar lebih lanjut. Ketinggian hati adalah sebuah kondisi dimana kita tidak belajar lagi karena sudah merasa paling top, paling pinter, paling luar biasa.


Penjelasan Anda mengingatkan saya akan nasehat Sufi Besar, Imam Ibnu 'Atha'illah, yang mengatakan, "Tanamkanlah ujudmu dalam bumi yang sunyi sepi, karena sesuatu yang tumbuh dari benda yang belum ditanam, tidak sempurna hasilnya." Pertanyaannya, bagaimana memupuk rasa rendah hati dalam diri kita ?
O, ya ? Beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk memupuk kerendahan hati diantaranya adalah dengan menyadari kembali bahwa seluruh yang kita punyai adalah anugerah-Nya, berkah-Nya atau rahmat-Nya. Karenanya katakan pada diri sendiri, "Aku masih ingin belajar", "Aku masih ingin mendapatkan input dari sekelilingku", "Aku masih ingin mendapatkan pengetahuan-pengetahuan dari mana saja agar dapat lebih baik".

"Aku masih ingin belajar", "Aku masih ingin mendapatkan input dari sekelilingku", "Aku masih ingin mendapatkan pengetahuan-pengetahuan dari mana saja agar dapat lebih baik". Jika ditilik dari kehidupan kita, umat Islam, nampaknya metode memupuk kerendahan hati yang Anda sampaikan masih menjadi problem besar tersendiri ya ?
Persis seperti yang saya perhatikan selama ini. Saudara-saudara kita sesama muslim masih terlalu asyik dengan dunianya sendiri dan bergaul hanya pada lingkungannya sendiri. Malah yang lebih memprihatikan, dengan sesama muslim kalau ngundang pembicara dia tanya dulu, "Orang itu madzhabnya apa ?." Dia tidak akan menerima orang yang tidak satu madzhab, satu aliran, dengannya. Padahal dinegara-negara maju sudah menjadi pemandangan yang biasa orang-orang Yahudi mengundang pembicara Islam, Hindu atau Kristiani, atau sebaliknya.
Mereka sudah mantap dengan iman mereka sehingga mereka tidak khawatir dengan pembicara yang datang dari luar komunitas mereka. Mereka sangat yakin, bahwa dengan cara demikian (menghadirkan pembicara "orang luar"), mereka dapat memperkaya wacana dan kehangatan batin. Kita, atau persisnya sebagian umat Islam, lupa bahwa salah satu cara mensyukuri perbedaan ditunjukkan bukan pada lisan akan tetapi dengan mendengarkan pendapat orang lain yang beda keyakinan agamanya.


Anda punya pengalaman keberislaman Anda yang inclusive itu?
Iya. Pernah beberapa peserta saya mengklaim materi yang baru saja selesai saya sampaikan menurut sudut pandang keyakinan agama mereka. Seorang peserta yang beragama Kristiani mengatakan bahwa materi saya ada juga di ajarkan dalam Injil. Peserta lain yang beragama Islam mengaku bahwa materi yang saya sampaikan ada di Al-Quran surat al-Maidah. Peserta yang Budha menganggap bahwa materi saya itu penerapan dari Dharma-dharma Budha. Saya hanya mengembalikan semua apresiasi itu kepada-Nya.

Pengalaman lain ?
Masih banyak orang yang salah faham terhadap Islam. Ada satu pengalaman yang mengherankan sekaligus membuat saya prihatin. Dalam satu seminar di acara coffee break isteri saya didatangi salah seorang peserta penganut agama Kristen yang taat. Masih kepada isteri saya, orang itu memberi komentar bahwa saya menerapkan ajaran Injil dengan baik. Lalu dengan lembut, penuh kehati-hatian, isteri saya memberitahu bahwa saya seorang muslim. Sontak orang itu terperanjat saat mengetahui bahwa saya seorang muslim. Yang membuat isteri saya (dan kemudian juga saya) prihatin adalah ucapannya, "Loch, koq ada ya orang Islam yang baik macam Pak Mario !?" Saya pun terkekeh mendengarnya. Nah ini kritik dan sekaligus menjadi tugas kita semua untuk memperbaiki citra Islam.
---(ooo)---
Izhaque



Saturday, November 1, 2008


Kasan Dimejo bin H. Kahar

Belum kami temukan orang yang bisa menceritakan tentang sosok Kasan Dimejo. Bp. Ahmad Mustahar yang tinggal di Walikukun-Widodaren-Ngawi hanya mampu menceritakan bahwa Kasan Dimejo seorang pemuda berasal dari Desa Kronelan, 5 km sebelah timur Kota Surakarta arah Bekonang.

Menurut mbah Muslim putri (Sapurah bt ...) yang tinggal di Parakan-Matesih-Karanganyar, Kasan Dimejo adalah putra dari H. Kahar. Jangan bicara tentang tahun, karena tidak satupun orang yang kami temui bisa menjelaskan tentang waktu dari peristiwa yang terjadi.

Peristiwa pernikahannya pun tidak dapat ditelusuri. Informasi yang bisa dikumpulkan adalah bahwa dari pernikahannya menurunkan 8 (delapan) anak, berturut-turut adalah: 1.Saniyah (wanita), 2.Supoyo (pria), 3.Solisah (wanita), 4.Muhammad Jahid (pria), 5.Abdul Wahab (pria), 6.Abdul Ghafur (pria), 7.Muhammad Ja’far (pria) dan 8.Suhardi (pria).

Saat ini semua nama tersebut sudah wafat. Bahkan keturunan langsung (anak-anak)-nya pun sepanjang yang kami ketahui, semua sudah wafat. Mohon maaf apabila ternyata (mungkin) masih ada yang hidup. Untuk itulah, kepada semua yang mengetahui dan berkaitan dengan nama-nama ini sudi kiranya mengirimkan informasi kepada kami.

Ditilik dari informasi bahwa anak-anak beliau dilahirkan di Karangayar, bisa diambil kesimpulan bahwa Kasan Dimejo lahir, tumbuh, menikah sampai memiliki anak di daerah Karanganyar. Tidak diketahui kapan dan dimana beliau wafat maupun dimakamkan.

Saniyah

Saniyah binti Kasan Dimejo adalah anak pertama. Beliau menikah dengan Imam Diwiryo bin H. Saleh. Saniyah adalah istri pertama, sedangkan istri kedua Imam Diwiryo adalah Mukiyah. Tidak diketahui apakah ketika menikah lagi, istri pertama Imam Diwiryo (Saniyah) masih hidup atau sudah wafat.

Dari pernikahan Saniyah dengan Imam Diwiryo menurunkan 6 (enam) anak, berturut-turut adalah: 1.Raulah (wanita), 2.Abdul Mu’in (pria), 3.Muhammad Sanusi (pria), 4.Abdul Majid (pria), 5.Sajuri alias Nurhadi (pria) dan 6.Mardinah (wanita).

Sementara, istri kedua Imam Diwiryo (Mukiyah) menurunkan 2 (dua) anak, berturut-turut adalah: 1.Hadiyah (wanita) dan 2.Sumarni (wanita). Kami belum mendapatkan keterangan dimana beliau bertiga (Saniyah, Mukiyah dan Imam Diwiryo) wafat dan dimakamkan.

Supaya alias Soma Diharja

Supaya bin Kasan Dimejo adalah anak kedua, dilahirkan di Karanganyar, setelah menikah memiliki nama tua Soma Diharja, menikah dengan wanita yang berasal dari Kayuapak (sebelah timur Bekonang, masuk kabupaten Sukoharjo-Surakarta).

Pernikahan Soma Diharja dengan istrinya menurunkan 6 (enam) anak, berturut-turut adalah: 1.Sohirah (wanita), 2.Siti Daimah (wanita), 3.Dairah (wanita), 4.Marsiki (wanita), 5.Maryati (wanita) dan 6.Maryono (pria). Sampai tulisan ini dibuat, tidak diketahui data yang pasti mengenai pasangan ini, data yang bisa dihimpun hanyalah bahwa Soma Diharja dimakamkan di Ngawi.

Solisah

Solisah binti Kasan Dimejo adalah anak ketiga, dilahirkan di Karanganyar. Menikah dengan Anom Diharjo yang juga kelahiran Karanganyar. Tempat tinggal beliau sekeluarga semasa hidup adalah di daerah Gatak, Pasar Dadapan, sebelah timur Karanganyar mengarah ke Matesih. Pernikahan Solisah dengan Anom Diharjo menurunkan 4 (empat) anak, berturut-turut adalah: 1.Sulaiman alias Cipto Diharjo (pria), 2.Padmo Diharjo (pria), 3.Ahmad (pria) dan 4.Darman alias Sukirjo. Kami belum mendapatkan keterangan dimana beliau berdua wafat dan dimakamkan.

Muhammad Jahid alias Imam Muhdi

Muhammad Jahid bin Kasan Dimejo adalah anak keempat, dilahirkan di Karanganyar. Menikah dengan Aspiyah binti Abdul Razak, kemudian menetap di Tempurejo-Banyubiru-Widodaren-Ngawi. Setelah menikah memiliki nama tua: Imam Muhdi. Beliau meninggal pada tanggal 13 Januari 1952, dimakamkan di Tempurejo, disini juga Aspiyah dimakamkan. Informasi tentang kapan meninggalnya Aspiyah (Ny. Imam Muhdi) belum kami ketahui, apakah suaminya dahulu atau beliau dulu yang wafat.

Pernikahan Muhammad Jahid dengan Aspiyah (kemudian sering disebut sebagai Imam Muhdi) menurunkan 9 (sembilan) anak, berturut-turut adalah: 1.Siti Jariyah (wanita), 2. Imam Mustajab (pria), 3.Mustaqim (pria), 4.Ahmad Mustahar (pria), 5.Mustamtingah (wanita), 6.Muhammad Soleh (pria), 7.Mustamtono (pria), 8.Purnomo Sidi (pria) dan 9.Mustamtirah (wanita).

Abdul Wahab

Abdul Wahab bin Kasan Dimejo adalah anak kelima, dilahirkan di Karanganyar. Menikah dengan wanita kelahiran Sukoharjo. Ada tiga nama (Imam Suharji, Imam Surip dan Nur Aspani) yang kami agak bingung untuk menunjuk istri dari Abdul Wahab ini, siapa binti siapa. Mereka berdua hidup, menetap, memiliki anak dan wafat di Santren-Bekonang-Mojolaban-Sukoharjo. Dari pernikahannya menurunkan 3 (tiga) anak, berturut-turut adalah: 1.Muhammad Muslam (pria), 2.Muntohiyah (wanita) dan 3.Mustajab.

Anak pertama (Muhammad Muslam) lahir, berdomisili dan wafat di Sukoharjo. Beliau wafat sebelum menikah sekitar tahun 1949. Anak ketiga (Mustajab) lahir pada tanggal 17 November 1934 di Sukoharjo, tempat beliau menetap dan wafat sebelum menikah.

Abdul Ghafur

Abdul Ghafur bin Kasan Dimejo adalah anak keenam. Informasi mengenai beliau sangat sedikit, yakni bahwa beliau pernah menikah 2 (dua) kali, keduanya tidak memiliki keturunan. Hidup dan menetap di Walikukun-Widodaren-Ngawi.

Muhammad Ja’far

Muhammad Ja’far bin Kasan Dimejo adalah anak ketujuh, wafat sebelum menikah.

Suhardi

Suhardi bin Kasan Dimejo adalah anak kedelapan (terakhir). Menikah dengan Sutirah, menurunkan 7 (tujuh) anak, berturut-turut adalah: 1.Siswanto (pria), 2.Siti Fatimah (wanita), 3.Umi (wanita), 4.Atun (wanita), 5.Wahyudi (pria), 6.Rosidun (pria) dan 7.Supriyadi (pria). Banyak yang masih hidup dari keturunan ini namun kami belum mengunjunginya, sehingga belum terkumpul informasinya.


Sunday, October 26, 2008

Bisnis kita yang paling utama adalah berbisnis dengan Allah, Tuhan kita


By Dana Anwari. Bisnis utama kita adalah berbisnis dengan Allah. Kita rida kepada Allah. Allah pun rida kepada kita. Kita rida melaksanakan perintah Allah. Allah pun rida menjadikan kita sukses. Kita rida menjauhi larangan Allah. Allah pun rida menjadikan kita beruntung. Kita menjual jiwa raga dan harta kita dengan rida berjuang di jalan Allah, Allah pun membelinya dan rida memberikan surga-Nya.

Bisnis kita yang utama adalah berbisnis dengan Allah. Kita membeli kenikmatan (surga)-Nya dengan menjual jiwa raga & harta benda kita di jalan-Nya. Sebagaimana firman Allah kepada seluruh umat manusia melalui Nabi Muhammad saw dalam Al Quran surat At Taubah ayat 111:

"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar."

Verily, Allâh has purchased of the believers their lives and their properties for (the price) that theirs shall be the Paradise. They fight in Allâh’s Cause, so they kill (others) and are killed. It is a promise in truth which is binding on Him in the Taurât (Torah) and the Injeel (Gospel) and the Qur’ân. And who is truer to his covenant than Allâh? Then rejoice in the bargain which you have concluded. That is the supreme success.
bisnislami.blogspot.com
***

Uang tidak maha kuasa, tapi Allah Yang Maha Berkuasa

By Dana Anwari. Rezeki gratis dari Allah banyak yang diberikan-Nya kepada kita seperti udara untuk bernafas, bumi untuk menetap, dan langit sebagai atap.
Tapi untuk menikmati udara-Nya yang segar, kita harus punya uang untuk pergi berlibur ke pantai atau ke pegunungan.
Untuk tinggal di bumi-Nya yang nyaman, kita harus punya uang untuk membeli rumah agar terhindar dari terik matahari dan hujan.
Dan untuk memperoleh kenikmatan-Nya yang sempurna, yakni surga-Nya,
uang dapat kita manfaatkan untuk membeli tiketnya
asalkan kita tahu caranya.

Yang Maha Berkuasa menyenangkan kehidupan kita adalah Tuhan kita: Allah. Bukannya uang yang maha kuasa, karena uang hanyalah sarana. Tidak percaya? Memang Allah swt lah yang membuat langkah bisnis kita menjadi mudah. Lalu kalau Allah sudah menjadikan langkah bisnis kita menjadi mudah, mengapa kita membuatnya menjadi sulit? Jawabannya hanya satu: semakin ingatlah kita kepada Tuhan kita yang menjadi tempat kita kembali.
Bacalah firman Allah kepada semua umat manusia yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw dalam Al Quran surat Al Mulk ayat 15:
"Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan."
He it is Who has made the earth subservient to you (i.e. easy for you to walk, to live and to do agriculture on it); so walk in the path thereof and eat of His provision. And to Him will be the Resurrection.
bisnislami.blogspot.com
***

Kegagalan atau keberhasilan kita ditentukan oleh kompanyon yang kita pilih

By Dana Anwari. Apakah kita ingin berhasil? Atau kita memilih ke dalam kelompok yang menginginkan kegagalan?
Untuk suatu kebaikan yang berkah, tentu kita ingin berhasil. Untuk kebatilan yang dibenci Tuhan, tentu kita menginginkan kegagalan.
Dalam berbisnis, kegagalan atau keberhasilan ditentukan oleh pilihan kita terhadap kompanyon bisnis kita. Simaklah firman Tuhan dan sabda Nabi Muhammad saw:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudaratan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. (QS Ali Imran:118)

O you who believe! Take not as (your) Bitânah (advisors, consultants, protectors, helpers, friends) those outside your religion (pagans, Jews, Christians, and hypocrites) since they will not fail to do their best to corrupt you. They desire to harm you severely. Hatred has already appeared from their mouths, but what their breasts conceal is far worse. Indeed We have made plain to you the Ayât (proofs, evidence, verses) if you understand.

Hadis riwayat Abu Musa ra.: Dari Nabi saw., beliau bersabda: Sesungguhnya perumpamaan berkawan dengan orang saleh dan berkawan dengan orang jahat adalah seperti seorang penjual minyak wangi (misk) dan seorang peniup dapur tukang besi. Penjual minyak wangi, dia mungkin akan memberi-kan kamu atau kamu akan membeli darinya atau kamu akan menda-patkan aroma harum darinya. Tetapi peniup dapur tukang besi, mungkin dia akan membakar pakaianmu atau kamu akan mencium bau yang tidak sedap. (1514-HR Bukhari & Muslim)
bisnislami.blogspot.com
***

Katakanlah kepada orang yang kamu ajak berjual-beli: Tidak boleh menipu!

By Dana Anwari. Jujur dan jangan menipu. Itulah prinsip bisnis yang diajarkan oleh teladan kita, Nabi Muhammad saw.
Sebelum kita bersikap jujur kepada orang lain, marilah kita jujur kepada diri sendiri. Bila kita tidak jujur kepada diri sendiri, bagaimana kita mau membuat kelemahan kita menjadi berkurang? Karena tidak bisa menilai secara obyektif kelemahan diri sendiri, maka kita jadi salah memperbaiki kekurangan kita. Kita akhirnya tidak mampu mengubah kelemahan itu menjadi suatu kebangkitan kekuatan baru.
Apa yang dihasilkan dari suatu tipuan? Kepalsuan.

Hasil yang palsu. Karena, diraih dengan kepalsuan. Kepalsuan tidak pernah melegakan. Kepalsuan bukan suatu kenyamanan. Adakah orang yang memilih hidup dalam ketidak-nyamanan?
Sesulit apa pun, tampaknya, perintah Allah, bila kita menyakininya sebagai kebenaran dalam jiwa, maka yang kita rasakan adalah kenyamanan. Pernahkan kita merasakan nyamannya mendirikan shalat? Pernahkan kita merasakan nyamannya berpuasa? Pernahkah kita merasakan nyamannya bersedekah? Pernahkah kita merasakan nyamannya umrah dan berhaji?
Marilah kita merasakan nyamannya bersikap jujur dan tidak menipu. Simaklah riwayat Nabi kita yang turun temurun ini. Hadis riwayat Ibnu Umar ra.: Seorang lelaki melaporkan kepada Rasulullah saw. bahwa ia tertipu dalam jual beli. Maka Rasulullah saw. bersabda, “Katakanlah kepada orang yang kamu ajak berjual-beli: Tidak boleh menipu!” Sejak itu jika ia bertransaksi jual beli, ia berkata: Tidak boleh menipu! (Hadis riwayat Bukhari & Muslim:870)
bisnislami.blogspot.com
***

Ambillah rezeki kita yang sudah disediakan Allah


By Dana Anwari. Tuhan sudah menyediakan rezeki-Nya untuk kehidupan kita di bumi ini. Raihlah dengan berdagang! Lebih dari sepuluh bagian penghidupan, sembilan di antaranya dihasilkan dari berdagang.

Jangan kuatir tidak memperoleh rezeki-Nya, karena Allah sudah menyiapkannya buat kita. Maka, raihlah dengan bekerja keras!
Jangan enggan berusaha karena meyakini Allah pasti tetap memberikan rezeki-Nya kepada kita meskipun kita bermalas-malasan. Maka, bekerjalah lebih cerdas!
Jangan berputus asa karena masih merasa kesulitan meraih rezeki-Nya. Maka, kenali lagi Tuhanmu: Allah!
Jangan sewenang-wenang melupakan Allah atas rezeki yang telah berhasil kita peroleh. Maka, bersyukurlah!
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik,” begitu kubaca di surat Al Hasyr ayat 19 Al Quran.

And be not like those who forgot Allâh (i.e. became disobedient to Allâh), and He caused them to forget their ownselves, (let them to forget to do righteous deeds). Those are the Fâsiqûn (rebellious, disobedient to Allâh).

Masihkah kita tidak percaya kalau kita harus terus bersyukur kepada Allah?
Bacalah firman Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw di Al Quran surat Hud ayat 6 : Dan tidak ada suatu binatang melata pun (yang dimaksud ‘’binatang melata’’ di sini ialah segenap makhluk Allah yang bernyawa) di bumi melainkan Allah- lah yang memberi rezekinya.
And no moving (living) creature is there on earth but its provision is due from Allâh.

Simaklah firman Allah yang menyatakan Dia telah menyediakan keperluan kita di bumi ini, Al Quran surat Al Hijr ayat 19-20 : Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezeki kepadanya.
And the earth We have spread out, and have placed therein firm mountains, and caused to grow therein all kinds of things in due proportion. And We have provided therein means of living, for you and for those whom you provide not (moving (living) creatures, cattle, beasts, and other animals).
bisnislami.blogspot.com
***

Cari keuntungan dengan cara yang halal. Itu menjadi bukti kesuksesan kita berbisnis dengan Tuhan

By Dana Anwari. “Kebenaran itu adalah dari Tuhan-mu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.“ Begitu kubaca dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 147.
(This is) the truth from your Lord. So be you not one of those who doubt.

Lalu, mengapa kita rusak hati kita dengan menjadi orang peragu, yang menempatkan diri di antara keimanan dan kekafiran?
Bila kita menyantap sesuatu yang diharamkan Allah, bukankah kita sedang membiarkan diri kita jadi rusak?
Bila kita menikmati kesenangan yang diharamkan Allah, bukankah kita sedang membiarkan jiwa kita jadi rusak?
Kerusakan diri dan jiwa itu menjadikan seluruh kesuksesan yang pernah kita capai jadi rusak pula, tiada berarti.
Jadikanlah keuntungan bisnis yang kita raih menjadi suatu keuntungan di mata Tuhan.
Jadikanlah kesuksesan bisnis yang kita raih menjadi suatu kesuksesan di mata Tuhan.

Marilah kita ingat ajaran Nabi kita, Muhammad saw yang diriwayatkan oleh Bukhari & Muslim (913): Hadis riwayat Nu’man bin Basyir ra, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda (Nu’man menggerakkan jari-jemari ke telinganya), “Sesungguhnya perkara yang halal itu telah jelas dan perkara yang haram itu pun telah jelas, dan di antara keduanya terdapat perkara-perkara yang syubhat (tidak jelas hukumnya) yang tidak diketahui oleh orang banyak. Oleh karena itu, barangsiapa menghindari perkara syubhat, ia telah membebaskan agama dan kehormatannya. Dan orang yang terjerumus ke dalam syubhat, berarti telah terjerumus ke dalam perkara haram, seperti penggembala yang menggembalakan di sekitar tempat terlarang, maka kemungkinan besar gembalaannya akan masuk ke tempat terlarang itu.
Ketahuilah! Sesungguhnya setiap penguasa itu memiliki daerah terlarang.
Ketahuilah! Sesungguhnya daerah terlarang milik Allah adalah apa-apa yang diharamkan-Nya.
Ketahuilah! Sesungguhnya di dalam tubuh itu terdapat segumpal daging, apabila ia baik, maka akan baik pula seluruh tubuh, dan jika ia rusak, maka akan rusak pula seluruh tubuh. Ketahuilah, itu adalah hati.”

bisnislami.blogspot.com
***

Membangun kebersamaan bisnis yang kokoh tidak mungkin terjadi bila mengabaikan visi ketauhidan

By Dana Anwari. Visi ketauhidan adalah cara memperkokoh bangunan kebersamaan bisnis yang berdaya tahan lama.
Semua khilaf yang terjadi dikembalikan kepada Tuhan.
Semua salah yang mengganggu dikembalikan kepada Tuhan.
Tiada manusia yang sempurna. Hanya Tuhan Yang Maha Sempurna.
Bila yang khilaf dan bersalah menyadari kesalahannya lalu memperbaiki kinerjanya dan bertanggungjawab menyelesaikan tugasnya hingga berhasil, bukan hanya mitra bisnisnya yang tersenyum. Tuhan pun tersenyum.
Tuhan menyukai orang yang berbuat dosa lalu memohon ampunan-Nya dengan tidak mengulangi dosanya, bahkan memperbaiki dirinya menjadi lebih baik lagi.

Ingatlah firman-Nya yang selalu bisa kita baca dalam Al Quran surat Ali Imran ayat 103: Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.

And hold fast, all of you together, to the Rope of Allâh (i.e. this Qur’ân), and be not divided among yourselves, and remember Allâh’s Favour on you, for you were enemies one to another but He joined your hearts together, so that, by His Grace, you became brethren (in Islâmic Faith), and you were on the brink of a pit of Fire, and He saved you from it. Thus Allâh makes His Ayât (proofs, evidence, verses, lessons, signs, revelations, etc.,) clear to you, that you may be guided.
bisnislami.blogspot.com
***

Salahkah kita bila mengharapkan surga-Nya?

By Dana Anwari. "Apakah orang yang mengikuti keridaan Allah sama dengan orang yang kembali membawa kemurkaan (yang besar) dari Allah dan tempatnya adalah Jahanam? Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. (Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah, dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan,” demikian Tuhan berfirman dalam Al Quran surat Ali Imran ayat 162-164, “Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul (Muhammad) dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al Hikmah (Sunnah). Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”

Is then one who follows (seeks) the good Pleasure of Allâh (by not taking illegally a part of the booty) like the one who draws on himself the Wrath of Allâh (by taking a part of the booty illegally - Ghulul )? - his abode is Hell, and worst, indeed is that destination! They are in varying grades with Allâh, and Allâh is All-Seer of what they do. Indeed Allâh conferred a great favour on the believers when He sent among them a Messenger (Muhammad saw) from among themselves, reciting unto them His Verses (the Qur’ân), and purifying them (from sins by their following him), and instructing them (in) the Book (the Qur’ân) and Al-Hikmah (the wisdom and the Sunnah of the Prophet saw (i.e. his legal ways, statements, acts of worship)), while before that they had been in manifest error.

Tiada hal lain yang hendak kita capai di dunia ini selain keridaan Allah atas segala perbuatan yang kita niatkan dan kita kerjakan. Dengan keridaan Allah, kita akan menikmati keberuntungan hidup di dunia dan di akhirat.
Pencapaian kepada keridaan-Nya membuat kita diberi yang terbaik oleh Allah, meskipun terkadang kita merasa pemberian-Nya adalah bukan yang terbaik bagi kehidupan kita. Bila yang diberikan Allah kepada kita pun memang yang tidak menyenangkan di dunia ini, yakinlah, dengan tetap teguh di jalan yang diridai-Nya, maka kita bakal meraih kebaikan-Nya yang sempurna di akhirat, yakni surga-Nya.

“Bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah rida terhadap mereka dan mereka pun rida terhadap-Nya. Itulah keberuntungan yang paling besar”.
Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Begitu Tuhan kita berfirman, dicatat dalam surat Al Maidah ayat 119-120 Al Quran.
Theirs are Gardens under which rivers flow (in Paradise) - they shall abide therein forever. Allâh is pleased with them and they with Him. That is the great success (Paradise). To Allâh belongs the dominion of the heavens and the earth and all that is therein, and He is Able to do all things.

Jadi, raihlah dulu rida Allah. Dengan meraih rida Allah, maka kita akan memperoleh surga-Nya.

Tidak salah bila kita shalat karena merindukan surga-Nya. Tapi, kunci masuk ke surga-Nya adalah keridaan-Nya. Maka, marilah kita isi hidup dan kehidupan kita di dunia ini dengan jejak langkah di jalan yang diridai-Nya guna mencapai keridaan-Nya. Agar Allah rida kepada kita karena kita telah rida kepada Allah.
bisnislami.blogspot.com
***

Selalu mengindahkan persetujuan relasi bisnismu akan menciptakan kelanggengan bisnis

By Dana Anwari. Prinsip jual beli adalah ada yang menjual dan ada yang membeli. Bila menjual tanpa ada yang membeli, maka pekerjaan menjual itu tiada gunanya. Bila ingin membeli tetapi tidak ada yang menjual, maka "kekayaan" kita yang digunakan untuk membeli jadi tiada arti.
Begitupun dengan mitra bisnis kita. Kehadirannya telah membuat bisnis kita lebih bermakna. Hargailah mitra kita. Jangan abaikan pendapatnya, kritikannya dan pujiannya. Ingatlah tujuan bisnis bersama: goal kita adalah diberkati Tuhan. Itulah salah satu ukuran penilaian sudah seberapa benar iman dan amal saleh kita.
Simaklah firman Allah swt yang mengajarkan kebenaran-Nya kepada kita, dalam Al Quran surat Shaad ayat 24: Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat lalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini.

And, verily, many partners oppress one another, except those who believe and do righteous good deeds, and they are few." And Dâwûd guessed that We have tried him and he sought Forgiveness of his Lord, and he fell down prostrate and turned (to Allâh) in repentance.

Simaklah pula ajaran Nabi Muhammad saw yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim (918):Jabir ra. berkata: Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa yang berserikat dengan orang lain dalam memiliki rumah atau pohon kurma, maka ia tidak boleh menjualnya sebelum memberitahukan kawan serikatnya, apabila ia rela, maka ia boleh mengambil (harganya) dan jika tidak suka, maka ia harus meninggalkan (tidak menjual).
bisnislami.blogspot.com
***

Jadikan setiap perjanjian bisnis tidak mengkhianati perjanjian kita dengan Allah

By Dana Anwari. Ketika masih berupa roh, manusia telah berjanji kepada Tuhannya. Ia akan melaksanakan fitrah kemanusiaannya untuk menyungkur bersujud menyembah Allah. Apa pun kehidupan yang dilakoninya, adalah suatu usaha untuk menyembah-Nya, yakni melaksanakan amanah-Nya.
Ada di surat dan ayat berapakah firman Allah yang mengabarkan hal itu dalam Al Quran?

Alhamdulillah, Allah Maha Pemaaaf atas kesalahan kita bila kita belum sanggup menanggung beban amanat-Nya. Kita yang masih belum berhasil melaksanakan amanat-Nya masih diberi kesempatan untuk memperbaikinya. Buktinya? Umur kita telah dipanjangkan-Nya, kita belum mati. Berarti kita masih dikasih kesempatan oleh Allah untuk memperbaiki diri.
Semoga kita tidak mudah lalai mengabaikan perjanjian kita dengan Allah, karena itu satu-satunya jalan utama menuju kesuksesan yang diberkahi keberuntungan Tuhan.
http://bisnislami.blogspot.com
***

INFO BISNIS Pengolahan emas dan perak untuk Anda!





Anda tertarik dengan bisnis pengolahan emas dan perak PT Freeport di Papua (Irian Jaya)?
Kami memiliki teknologi floating yang sama dengan Freeport dalam mengolah batu dan pasir emas, batu perak, dan batu galena.
Teknologinya lebih sederhana.

Tidak perlu dana besar. Hasil penemuan dosen Institut Teknologi Bandung (ITB).
Bila berminat silakan hubungi danaanwari@yahoo.com.
Terima kasih.
http://bisnislami.blogspot.com
***

Kunjungi asianbrain.com, supexteam.com, modalbisnis.com, smart17.wordpress.com dan situs lainnya seraya saling berkata: "Tidak boleh menipu!"

Prinsip bisnis di internet adalah kepercayaan dan tidak boleh saling menipu, benarkah? Bukankah penjual dan pembeli tidak saling bertemu? Tapi mereka saling percaya, atau setidaknya memulai transaksi dengan saling menaruh kepercayaan. Bukankah itu suatu permulaan yang indah?
Semoga permulaan yang indah itu dapat menciptakan bangunan persekutuan bisnis yang indah pula. Semoga kepercayaan itu saling dijaga selamanya. Semoga kita selalu menyadari bahwa keuntungan bisnis yang hendak kita raih adalah keberuntungan dari Allah. Hanya dengan keberuntungan dari Allah sajalah maka hidup kita akan selamat, damai dan sejahtera. Amin ya Allah.

Mari kita saling mengingatkan prinsip ajaran bisnis Nabi Muhammad saw, yakni bersikap jujur dan tidak menipu. Rasulullah Sallallahu Alaihi Wassalam bersabda, "Katakanlah kepada orang yang kamu ajak berjual-beli: Tidak boleh menipu!

Hadis riwayat Ibnu Umar ra.: Seorang lelaki melaporkan kepada Rasulullah saw. bahwa ia tertipu dalam jual beli. Maka Rasulullah saw. bersabda, “Katakanlah kepada orang yang kamu ajak berjual-beli: Tidak boleh menipu!” Sejak itu jika ia bertransaksi jual beli, ia berkata: Tidak boleh menipu! (Hadis riwayat Bukhari & Muslim:870)
bisnislami.blogspot.com
***

Friday, September 26, 2008

GEO

Tear Series.


*Lasts for a year. $25.
REALLY CUTE ON ANY EYE COLOUR, MAKES YOU LOOK SUPER CUTE AND TEARY EYED